Koranpeneleh.id – Dalam rangka tetap menjaga produktivitas kader-kader Aktivis Peneleh, Yayasan Rumah Peneleh mengadakan Pelatihan Jurnalistik via Zoom secara gratis. Pemateri yang dihadirkan adalah orang-orang yang tentu telah memiliki sepak terjang dalam dunia literasi, khususnya jurnalistik. Sesi pelatihan terbagi menjadi enam. Enam sesi tersebut juga terbagi lagi menjadi dua, yaitu tiga sesi pertama di hari Kamis, 11 Juni 2020 dan tiga sesi kedua Jumat, 12 Juni 2020. Sesi pertama dimulai dengan materi “Dasar Jurnalistik dan Manajemen Media” yang diampu oleh Sholeh UG, penulis di berbagai media.
Pak Sholeh membuka kelas dengan melontarkan pertanyaan kepada 25 peserta yang bergabung, “apa yang ingin kalian dapatkan dari kelas ini?”. Beragam jawaban pun disampaikan melalui kolom chat yang tersedia di Zoom. Mulai dari ingin belajar dasar-dasar jurnalistik, belajar mengelola media, dan sebagainya. Kemudian Pak Sholeh memulai materi dengan menyatukan persepsi bahwa nilai tertinggi dari jurnalistik adalah kemanusiaan. Nilai tersebut harus dipegang oleh setiap jurnalis dalam menyampaikan sebuah berita. Beliau menyebutkan bahwa karakter jurnalistik dan berita-berita yang disampaikannya tergantung dari visi dan misi media atau lembaga yang menaunginya.
Lalu ia memamparkan alur penulisan berita, yaitu dimulai dari menentukan angle (sudut pandang), menentukan jenis berita dan melakukan self editing (penyuntingan sendiri) sebelum akhirnya berita tersebut dinaikkan di media. Metode penulisan Hard News harus dengan teknik piramida terbalik, yaitu menulis pokok pembahasan utama kemudian diuraikan secara rinci. Karena Hard News adalah berita yang bersifat aktual, lugas, singkat serta langsung kepada pokok pembahasan. Selain itu juga beliau sedikit menceritakan pengalamannya sebagai jurnalis termasuk jurnalis investigasi meskipun ini akan ada materinya tersendiri di sesi berikutnya.
Ada yang menarik dari pernyataan Pak Sholeh pada penulisan selain materi dan pengalaman yang diceritakan. Beliau mengatakan bahwa secara tidak sadar pikiran kita ini terkontruksi oleh media-media yang menampilkan tulisan dari orang-orang yang bergelar dan telah memiliki nama. Kita tertipu dengan hal-hal yang nampaknya luar biasa. Misal, kita akan membaca dan turut menyebar tulisan yang ditulis oleh tokoh tertentu yang bergelar doktor dan sebagainya. Padahal kita tidak begitu mengenal siapa dia dan bagaimana pemikirannya. Tapi kita tidak mendukung teman-teman kita yang juga menyampaikan opini dan aspirasinya melalui media-media yang memang belum terlalu besar. Kita memandang mereka remeh. Membaca saja tidak apalagi turut membagi di status Whatsap atau media sosial lainnya.
Kita terpaku pada sampul tapi tidak pada substansi dan esensinya. Gerakan-gerakan yang dilakukan saat pandemi ini seharusnya membuat kita turut bergerak untuk mendukung apa yang dilakukan mereka, selain dukungan moral kita juga turut menyebarluaskannya agar gerakannya semakin meluas, diketahui banyak orang dan barangkali memberi inspirasi kepada publik. Begitu juga kita turut mendukung teman-teman yang sedang meniti dan belajar di dunia literasi atau hal-hal manfaat lainnya. Kita terlalu terpaku, terpesona pada hal-hal yang besar yang sebenarnya tidak dekat dengan kita dan melupakan hal-hal penting serta begitu dekat sehingga rasanya itu tidak penting. (zhr)