KOTA – Aktivis Peneleh menggelar peringatan Nuzulul Qur’an 1445 H sekaligus Haul HOS Tjokroaminoto. Kegiatan berlangsung di Museum Rumah HOS Tjokroaminoto di jalan gang VII Peneleh, Rabu, (29/3) malam kemarin.
Dalam rumah yang dikenal sebagai dapur nasionalisme tersebut, anggota aktivis peneleh melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dilakukan oleh Sang Guru Bangsa, Tjokroaminoto. Atas perjalanannya ia mampu melahirkan tokoh bangsa yang mampu memerdekakan Indonesia dari belenggu penjajah.
Koordinator Nasional Aktivis Peneleh Jang Oetama, Muh Fadhir Ailamase mengatakan jika kegiatan tersebut merupakan panggilan hati. Dimana momentum fenomena politik saat ini berdampak pada ketidaksadaran anak muda.
“Seperti ada kesenjangan ideologi kebangsaan, sehingga untuk memupuk kembali proses saya pikir butuh langsung datang ke tempatnya, dalam hal ini di Rumah Pak Cokro,” ucapnya.
Menurut Fadhir, rumah tersebut menjadi episentrum bagi bangkitnya Indonesia. Sehingga dibawa anak-anak ideologi Tjokroaminoto, Indonesia berhasil merdeka di tahun 1945.
“Maka mari kita ketuk pintu langit dan bersama mendo’akan Pak Cokro dan tokoh bangsa lainnya,” ujarnya.
Penasehat Dewan Kebudayaan Peneleh, Iskandar Eka Asmuni menjelaskan jika pihaknya tak ingin rumah bersejarah tersebut hanya sekedar dijadikan museum. Melainkan pergerakan rumah tersebut juga harus dihidupkan.
“Mari kita terus hidupkan arah pergerakan kita seperti halnya rumah bersejarah ini yang pernah dihuni tokoh-tokoh besar seperti Semaoen, Agus Salim, Soekarno dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Kendati berbeda latar belakang, Iskandar mendorong agar aktivis peneleh berfikir bagaimana menjadikan nusantara menjadi Zelfbestuur (Kemandirian, red). Yakni dengan gerakan kebudayaan.
“Bisa melalui pendidikan, usaha kreatif ekonomi, literasi, alam pertanian dan lain-lainnya,” terangnya.
“Artinya kita tidak terfokus pada satu hal melainkan semua kita lakukan dengan tujuan kemandirian,” pungkasnya. (Sai*)