
Sejarah tidak hanya didominasi oleh lelaki. Bahkan, dalam sejarah Islam, tidak sedikit muslimah inspiratif yang telah menorehkan tinta emas di pelbagai bidang. Wanita-wanita ini tumbuh di sebelum, saat, dan setelah masa kenabian Rasulullah.
Dalam kehidupan para muslimah itu, ada berbagai kisah inspiratif yang membukakan mata hati kita. Tantangan kehidupan tak menghalangi mereka untuk menjadi wanita salehah panutan umat. Berikut kisah singkat lima wanita inspiratif pada zaman Rasulullah.
1. Khadijah binti Khuwailid
Terlahir di keluarga terhormat, sukses dalam berbisnis, setia menemani perjuangan Rasulullah, orang pertama yang mengimani Islam sebagai risalah kebenaran. Hal itulah yang melekat kepadanya.
Rasulullah dan Khadijah berumah tangga dengan penuh cinta. Memasuki masa kenabian Muhammad, ia setia menemani sang suami kemanapun pergi. Tidak jarang Nabi Muhammad pergi menyendiri di Gua Hira untuk bermunajat kepada Allah Swt. Selama itu pula, Khadijah selalu pergi menjenguknya, menyiapkan makanan dan minuman.
Khadijah dengan keberanian dan kekuatannya, bersedia mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan dan bibirnya meluncurkan kejujuran. Setiap Rasul gundah atas perlakuan kaum Quraisy kepadanya, Khadijah senantiasa mendengarkan dengan penuh perhatian dan meneguhkan hati suaminya.
Selain tentang kesetian dan pengorbanannya, Khadijah juga selalu dikenang sebagai muslimah inspiratif yang selalu ada di hati Rasulullah. Hal ini bisa diketahui dari kisah ini: Suatu kali, Rasulullah sedang tertidur di pangkuan Aisyah. Saat terjaga, ia memanggil nama Khadijah. Sebagai manusia biasa, Aisyah tentu cemburu.
Begitulah mulianya Khadijah di mata Rasulullah. Meskipun ia telah wafat, Khadijah selalu ada di hati Rasul.
2. Aisyah binti Abu Bakar
Gadis periang dan lincah. Itulah yang melekat dengan dirinya. Aisyah lahir dan tumbuh di bawah naungan Islam. Ia dinikahi Rasulullah dua tahun setelah wafatnya Khadijah. Aisyah adalah wanita yang cerdas dan memiliki keluasan ilmu. Ialah adalah wanita yang banyak meriwayatkan hadits dan kualitasnya sangat terjamin.
Keistimewaan Aisyah yang lain adalah kesabarannya dalam mengahapi fitnah. Pernah suatu waktu, dia difitnah telah selingkuh dengan salah seorang sahabat. Namun, hal itu tak membuatnya berbuat neko-neko dan tantrum. Ia meminta pertolongan Allah, hingga akhirnya turunlah ayat kepada Rasulullah terkait hal itu.
Selain itu, Aisyah jugalah yang mendapat kehormatan menemani Rasulullah saat ajal menjemput. Dalam berbagai riwayat dan referensi, Aisyah menetapkan Rasulullah selama sakit di kamarnya. Berikut Aisyah menceritaakan kisah itu:
“Sungguh merupakan nikmat Allah bagiku, Rasulullah wafat di rumahku pada bagian hariku dan dalam dekapanku. Allah telah menyatukan ludahku dan ludah beliau menjelang wafat. Abdurrahman menemuiku, di tangannya tergenggam siwak, sementara aku menyandarkan beliau. Aku lihat beliau menoleh ke arah Abdurrahman. Aku segera memahami bahwa beliau menyukai siwak. Aku berbisik kepada beliau, ‘bolehkan aku haluskan siwak untukmu?’ Beliau memberi isyarat dengan kepala, seperti menginsyaratkan ‘iya’. Kemudian beliau menyuruhku menghentikan menghaluskan siwak, sementara di tangan beliau ada bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua belah tangan dan mengusapkannya ke wajah seraya berkata, ‘Laa ilaaha illahu’. Setiap kematian mengalami sakarat (beliau mengangkat tangannya) pada Allah yang Mahatinggi. ‘Beliau menggenggam tangan, dan perlahan-lahan tangan beliau jatuh ke bawah.’” (HR. Muttafaq Alaih)
Rasulullah juga dimakamkan di kamar Aisyah, tepat di tempat beliau meninggal. Aisyah wafat di usia 66 tahun, dan selama itu pula ia senantiasa berjihad di jalan Allah.
3. Asy-Syifa’ binti Abdullah
Asy-Syifa adalah wanita yang masyur dengan kepandaian dan kebaikannya sejak zaman jahiliyah. Pada masa itu, hanya segelintir wanita yang diperbolehkan menulis dan membaca. Namun, hal ini ditepis oleh Asy Syifa. Ia mengikhlaskan diri menjagi guru wanita-wanita muslim.
Selain dipanggil sebagai Asy Syifa, ia juga dikenal sebagai Ummu Sulaiman. Keistimewaannya sebagai muslimah inspiratif itu sangat dihormati oleh Rasulullah dan sahabat-sahabat pada masa itu. Kemahirannya itu membawanya mengabdikan diri untuk banyak mempelajari hadis Rasul, baik terait urusan dunia maupun agama. Umar bin Khatab pun sering meminta pendapat beliau dalam berbagai pengambilan keputusan. Tidak heran juga, jika Umar pun mempercayakan urusan pasar kepada beliau.
Baca juga tulisan Anik Meilinda yang lain:
Bukti Cinta Ilmu Fatimah Al Fihri, Dirikan Universitas Pertama di Dunia
4. Ummu Ma’bad Al Khuzaiyah
Beliau disebut wanita penolong hijrah Rasulullah. Para tahun 622 M, secara diam-diam Rasulullah bersama para sahabat hijrah ke Madinah. Mereka pergi tanpa perbekalan yang memadai. Nah, di tengah perjalanan itulah Rasulullah bertemu dengan kemah milik seorang wanita tua bernama Ummu Ma’bad. Di sana, Rasulullah hendak membeli daging dan kurma beliau. Namun, ternyata Ummu Ma’bad pun tak memiliki apa-apa.
Lalu, Rasul pun melihat ada seekor kambing di sana. Rasul bertanya, “Kambing betina apa ini, Wahai Ummu Ma’bad?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Kambing betina tua yang sudah ditinggalkan oleh kambing jantan.”
Rasulullah kembali bertanya, “Apakah ia masih mengeluarkan air susu?”
“Bahkan, ia tak mengandung air susu sama sekali,” jawabnya.
Lalu, Rasulullah meminta izin untuk memerah susunya. Ummu Ma’bad pun mengizinkannya. Seketika itu, kambing itu mengeluarkan susu yang berlimpah. Ummu Ma’bad terkagum-kagum akan hal itu.
Dari kambing milik Ummu Ma’badlah, Rasulullah dan rombongan bisa kenyang dan puas. Setelah itu, Rasulullah pamit dan melanjutkan perjalanan. Setelah momen itu, Ummu Ma’bad menjadi salah satu wanita yang menyerukan sifat-sifat Rasulullah, dan beliau juga akhirnya menerima ajaran Rasulullah.
5. Rumaisha binti Milhan
Beliau juga akrab disapa Ummu Sulaim. Ia adalah muslimah inspiratif yang teguh pendirian dan tidak akan menggadaikan keimanannya hanya karena harta dan gemerlap keindahan dunia. Al kisah, Ummu Sulaim bercerai dengan suaminya usai ia memeluk Islam.
Kabar Ummu Sulaim yang menjadi janda itu didengar oleh Abu Thalhah, seorang lelali Anshar yang terkenal kaya karena memiliki kebun kurma yang luas. Abu Talhah pun melamarnya.
Menanggapi lamaran itu. Rumaisha menolaknya atas alasan perbedaan keyakinan. Ia berkata, “Demi Allah, tidak ada laki-laki seperti kamu yang patut ditolak. Sebab, kamu laki-laki kafir dan aku wanita muslim. Aku tidak halal kawin denganmu. Maka, apabila kamu masuk Islam, maka keislamanmu itulah maharku, dan aku tidak minta yang lain darimu.”
Hal ini menunjukkan bahwa keimana dan harga diri seorang wanita yang tidak mudah ditundukkan oleh harta, jabatan, dan kepopuleran seorang laki-laki.
Penulis : Anik Meilinda
Sumber :
Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah Ummul Mu’minin Nadzarat fi Isyraqi Fajril Islam, diterjemahkan oleh Ghozi M, “Khadijah, The True Love Story of Muhammad,” Jakarta: Penerbit Pena, 2007.
Nur K, 70 Golden Stories of Muslimah, Yogyakarta: Semesta Hikmah Publishing, 2023.