
KORANPENELEH.ID – Perundingan antara perwakilan Indonesia dengan Amerika Serikat terkait tarif Trump telah dilakukan. Pemerintah menyampaikan perkembangan terbaru dalam negosiasi tarif resiprokal atau lebih populer dengan tarif Trump dengan Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Amerika mengumumkan kebijakan tarif baru pada 2 April 2025. Indonesia masuk dalam daftar negara terdampak dengan kenaikan tarif impor hingga 32 persen. Sejumlah negara memilih retaliasi. China, misalnya, langsung membalas dengan tarif serupa. Indonesia mengambil jalur negosiasi bersama beberapa negara lain.
AS menunda penerapan tarif selama 90 hari bagi negara yang tidak merespons dengan retaliasi, termasuk Indonesia. Namun, tarif dasar universal sebesar 10 persen tetap berlaku. Negosiasi telah dimulai sejak 16 April. Delegasi Indonesia dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sampai berita ini ditulis, delegasi Indonesia telah bertemu sejumlah pejabat tinggi AS. Beberapa di antaranya, perwakilan dari Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) Jamieson Greer, Secretary of Commerce Howard Lutnick, Secretary of Treasury Scott Bessent, dan Director of the National Economic Council Kevin Hassett.
Menko Bidang Perekonomian tersebut mengatakan Indonesia menyodorkan lima manfaat untuk menjadi bahan pertimbangan AS dalam negosiasi tarif. “Tawaran Indonesia kepada AS untuk mewujudkan kerjasama perdagangan yang adil, fair, dan square sepenuhnya mengacu kepada kepentingan nasional dan dirancang untuk menjaga pertimbangan setidaknya pada lima manfaat,” ujarnya dalam konferensi pers terbuka hari Jumat (25/04).
Lima manfaat tersebut ialah menjaga ketahanan energi nasional; memperjuangkan akses pasar ke AS dengan tarif kompetitif bagi produk ekspor Indonesia; deregulasi untuk mendorong kemudahan usaha dan penciptaan lapangan kerja; kerja sama rantai pasok industri strategis dan mineral penting; dan akses teknologi di bidang kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut respons AS terhadap proposal Indonesia cukup positif. “Dalam konteks bilateral Indonesia dan Amerika, Indonesia mendapatkan apresiasi atas respons untuk berdialog dan untuk melakukan negosiasi. Kedua, yang dihargai adalah proposal Indonesia termasuk proposal yang paling lengkap dan detail yang menggambarkan suatu kerjasama yang saling menguntungkan,” ungkap Sri Mulyani sebagaimana dilansir oleh Kompas.
Pemerintah menjalin komunikasi dengan asosiasi dan perusahaan besar asal AS. Beberapa di antaranya, Semiconductor Industry Association (SIA), USABC, USINDO, Amazon, Microsoft, dan Google. Airlangga mengatakan dukungan terhadap upaya negosiasi tarif datang dari korporasi besar tersebut.
“Dari korporasi antara lain Amazon, Boeing, Microsoft, Google, terutama seluruhnya dalam rangka pemuatan kerja sama Indonesia dan Amerika Serikat. Dan seluruh stakeholder tersebut mendukung upaya Indonesia untuk mendapatkan keadilan,” ujarnya.
Hingga hari ini belum ada titik temu dari proses negosiasi yang telah berlangsung. Airlangga menegaskan belum ada kesimpulan dari proses negosiasi sejauh ini.
“Negosiasinya baru berjalan di awal, tentu kita tidak mengambil kesimpulan. Jadi kita lihat sesuai dengan dinamika daripada negosiasinya dan apa yang diminta oleh Indonesia, karena ini menjadi bagian daripada materi untuk negosiasi itu belum bisa kami publish sampai kepada kedua pihak menyetujui materinya,” tambahnya.
Menurut dia, secara umum Indonesia menawarkan kemudahan perdagangan di sektor energi dan pertanian. Rincian tawaran akan disampaikan jika negosiasi mencapai kesepakatan.
Indonesia dan AS sepakat membuka ruang dialog untuk melanjutkan pembahasan teknis dalam dua pekan mendatang. “Semua membuka ruang dialog serta memberikan kesempatan untuk pembahasan teknis secara detail dalam dua minggu ke depan,” kata Airlangga. Momentum ini juga dimanfaatkan untuk mempercepat reformasi struktural dalam perdagangan dan investasi. (ABK/Red)