
Aktivis Peneleh menggelar serangkaian acara dalam rangka memperingati Haul HOS Tjokroaminoto, Sabtu (16/3), di Malang. Acara yang berlangsung khidmat ini mengusung tema “Indonesia Tidak Butuh Prajurit, Butuh Prawireng Djoerit.” Kegiatan diisi dengan Khutmul Quran, buka bersama, doa bersama, serta diskusi yang menyoroti peran strategis Prawireng Djoerit dalam membangun kesadaran dan gerakan sosial berbasis nilai keislaman dan kebangsaan.
Ahmad Tsiqqif Asyiqullah, Koordinator Nasional Aktivis Peneleh, dalam diskusi tersebut menekankan bahwa Indonesia saat ini tidak cukup hanya memiliki prajurit yang berorientasi pada kekuatan fisik dan militer, tetapi membutuhkan Prawireng Djoerit — sosok pejuang yang berlandaskan tauhid, ilmu, dan strategi untuk membangun peradaban.
“Prawireng Djoerit harus dibangun dengan kekuatan dan mindset yang bersumber dari Wajib ’Amali serta berpegang teguh pada nilai-nilai utama seperti Al-Quran, shalat, dzikir, dan agama. Mereka harus bertauhid tanpa ‘tapi’, berilmu tinggi, dan bersiasah dalam rangka menembah Gusti,” ujar Tsiqqif dalam forum diskusi.
Tsiqqif menegaskan bahwa setiap Prawireng Djoerit harus aktif dan kreatif dalam gerak pikir, batin, dan tindakan untuk merespons serta menyelesaikan persoalan masyarakat secara kontekstual. Aktivis Peneleh sebagai bagian dari Prawireng Djoerit juga dituntut untuk memiliki aksi-aksi konstruktif di tingkat regional masing-masing, dengan kesiapan untuk memimpin, dipimpin, dan disiplin dalam setiap gerakan.
“Haul HOS Tjokroaminoto ini adalah momentum untuk merefleksikan dan mengaktualisasikan pemikiran beliau dalam konteks gerakan hari ini. Ini bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi bagaimana kita bisa menerjemahkan semangat perjuangan beliau dalam aksi nyata di tengah masyarakat,” tambahnya.
Acara haul ini dihadiri oleh puluhan aktivis dari berbagai daerah yang tergabung dalam jaringan Peneleh. Kegiatan berlangsung dalam suasana penuh kekhidmatan dan diakhiri dengan doa bersama untuk mengenang jasa HOS Tjokroaminoto sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah pergerakan nasional.