
WASHINGTON – Pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Donald Trump berakhir dengan pertengkaran hebat pada hari Jumat (28/02) setelah kedua pemimpin itu berselisih dalam pertukaran pendapat yang luar biasa di hadapan media dunia di Gedung Putih mengenai perang dengan Rusia.
Zelensky telah melihat pertemuan di Ruang Oval sebagai kesempatan untuk meyakinkan Amerika Serikat agar tidak berpihak pada Presiden Rusia Vladimir Putin yang memerintahkan invasi ke Ukraina sejak tiga tahun lalu.
Sebaliknya, Presiden AS Trump dan Wakil Presiden JD Vance menyerang Zelensky dengan mengatakan bahwa ia menunjukkan rasa tidak hormat yang membawa hubungan dengan sekutu terpenting Kyiv di masa perang ke titik terendah. Pemimpin Ukraina itu diperintahkan untuk pergi, kata seorang pejabat AS sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Sebuah perjanjian antara Ukraina dan Amerika Serikat untuk bersama-sama mengembangkan sumber daya alam Ukraina yang kaya. Melalui hal ini, diharapkan Kyiv dan sekutu-sekutunya di Eropa akan mengantarkan pada hubungan yang lebih baik dibiarkan tanpa tanda tangan dan dalam ketidakpastian.
Para pemimpin Eropa berlomba-lomba membela Zelensky. Kandidat kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa seharusnya kita tidak boleh mencampuradukkan antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini.
Zelensky berbicara melalui telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, dan Presiden Dewan Uni Eropa Antonio Costa, seorang pejabat dalam delegasi Ukraina di Washington mengatakan kepada Reuters.
Inggris akan menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Eropa dan Zelensky pada hari Minggu untuk membahas jaminan keamanan bagi perjanjian damai antara Moskow dan Kyiv.
Trump telah bergeser ke Rusia sejak menjabat sebagai presiden, mengejutkan sekutu tradisional di Eropa dan sekitarnya, serta membuat Ukraina semakin rentan. Ledakan kemarahan hari Jumat adalah tampilan paling publik dari pergeseran itu.
Pertemuan yang sudah tegang itu meledak ketika Vance menekankan perlunya diplomasi untuk menyelesaikan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Zelensky, dengan tangan terlipat, membalas bahwa Putin tidak dapat dipercaya lagi dan mencatat bahwa Vance tidak pernah mengunjungi Ukraina, negara tempat ia memimpin sejak tahun 2019. (ABK/Red)