
fadli zon kongres ii aktivis peneleh
MALANG, KORANPENELEH.ID – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, telah menghadiri Kongres II Aktivis Peneleh yang dilaksanakan di Sekolah Islam Bani Hasyim, Malang pada hari Minggu (16/02) pagi waktu setempat.
Kunjungan tersebut, ujar Fadli Zon, merupakan kali pertama ia ke Malang dalam kapasitasnya sebagai Menteri Kebudayaan. Ia menjelaskan bahwa upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan merupakan hal yang penting, sehingga ia mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Aktivis Peneleh.
Gerakan berbasis religiositas dan kebudayaan yang menjadi nafas Aktivis Peneleh adalah bentuk kombinasi yang menarik, karena dua hal ini di luar sana sering kali tidak bisa digabungkan antara satu dengan lainnya.
Fadli Zon menggarisbawahi pentingnya melihat sebagai dua hal. Pertama, ialah kekayaan dan aset sebuah bangsa. Kedua, bagaimana kemudian menjadikan budaya itu sebagai daya ikat anak bangsa. Saat ini, ada sebuah tren mengenai the power of culture, sehingga potensi kebudayaan Indonesia yang begitu kaya bisa menjadi kekuatan tersendiri.
“Peradaban tertua itu hampir 60 persen jejaknya ditemukan di tanah Jawa (terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur), sehingga inilah saatnya kita menemukan kembali identitas dan jati diri kebangsaan kita,” tegas pria asal Minangkabau tersebut.
Contoh lain yang juga diungkapkan Fadli Zon ialah betapa warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) di Indonesia juga begitu melimpah. Mulai dari reog ponorogo, pencak silat, kebaya, kolintang, dan lain sebagainya.
Ia juga menyampaikan lukisan tertua di dunia saat ini telah diakui secara global terletak di Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita sebagai manusia Nusantara tidak perlu merasa inferior terhadap negara lain.
Pun demikian tentang narasi historis bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun. Fadli Zon mengajak kita untuk mengkritisi validitas penulisan sejarah tersebut, karena di beberapa tempat sebenarnya penjajahan tidak dilakukan dengan durasi selama itu.
Dalam konteks ini, H.O.S Tjokroaminoto diambil sebagai contoh oleh Fadli Zon sebagai pejuang yang berani mempertaruhkan naywanya untuk bangsa. Tjokroaminoto merupakan figur yang cerdas dan bisa melahirkan kader-kader yang luar biasa.
“Tjokroaminoto yang pemikirannya diambil sebagai inspirasi, dimanfaatkan, dan dikembangkan oleh Aktivis Peneleh ini merupakan salah seorang tokoh bangsa yang tidak pernah merasakan jerih payah atas hasil usahanya sendiri,” ungkap Fadli Zon.
Untuk itu, ia sangat mengapresiasi kongres yang dilaksanakan oleh Aktivis Peneleh, karena ujung tombak dari kebudayaan itu memang terletak pada manusianya. Sehingga, ikhtiar dan gerakan seperti ini perlu terus digalakkan dan didukung secara baik sebagaimana pesan dalam UUD Pasal 32 Ayat 1.
Bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Sehingga, pengembangan dan peningkatan kualitas manusia juga menjadi aspek yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. (ABK/Red)