
KORANPENELEH.ID – Kongres II Aktivis Peneleh secara resmi telah dibuka pada Kamis (13/02) pagi ini waktu setempat di Malang. Acara yang menjadi wadah untuk berkumpulnya para aktivis dari berbagai daerah di seluruh Indonesia pada tahun ini membawa semangat untuk meneguhkan jangkar kebudayaan dan peran penting pendidikan bagi masa depan Indonesia.
Mengangkat tajuk utama Inisiasi Kiri Nusantara: Gerakan Religiositas dan Kebudayaan Nasional, kongres ini mengandung misi utama untuk menyucikan kehidupan berbangsa dan bernegara dari najis berupa liberalisme dan pemikiran Barat yang meliputi masyarakat luas. Tak hanya itu, dalam kongres ini pula ideologi Tjokroisme digaungkan kembali.
Yusril Hidayatullah, Ketua Pelaksana Kongres II Aktivis Peneleh, dalam sambutannya menyatakan bahwa kongres ini bertujuan untuk meneguhkan semangat perjuangan aktivis peneleh, terutama dalam kembali menggaungkan apa yang telah diteladankan oleh H.O.S Tjokroaminoto.
Ia menceritakan bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Tjokroaminoto pada zamannya, mulai dari segi politik hingga pendidikan. Dalam hal pendidikan misalnya, ia mencontohkan Moeslim Nationaal Onderwijs (MNO) yang digagas oleh Tjokroaminoto merespons potret pendidikan yang kacau balau dan kotor pada waktu iut.
Sementara itu, Koordinator Nasional Aktivis Peneleh, Muh. Fadhir A.I. Lamase, mengurai makna dari kata inisiasi. Bahwa inisiasi layaknya proses membuka sebuah gerbang. “Sedangkan makna atas kiri itu ada dua hal, yakni kiri sebagai pembersihan atau penyucian (tazkiyah) dan kiri sebagai perlawanan,” ujar Fadhir.
Lebih lanjut, Fadhir mengemukakan bahwa tema tersebut coba digaungkan kembali karena Aktivis Peneleh tidak ingin anak bangsa yang kehilangan jati dirinya sendiri. Kehilangan arah tentang siapa diri mereka dan dari mana mereka berasal.
Jati diri itu berasal dari prinsip dan laku hidup. Gerakan ini bermula dari gerak batin, kemudian dilanjutkan dengan gerak pikir, dan terakhir namun tak kalah pentingnya ialah mewujud dalam gerak aksi yang dilakukan dalam kehidupan nyata.
Baca juga: Tjokroisme Kembali Digemakan di Malaysia
Assoc. Prof. Dr. Ari Kamayanti, Ketua Yayasan Peneleh Jang Oetama, juga memberikan sambutan dalam pembukaan Kongres II Aktivis Peneleh. Secara retoris, ia bertanya kepada para peserta kongres mengapa mereka hadir dalam kegiatan yang dilaksanakan di Singosari, Malang tersebut.
Mengutip salah satu pidato Tjokroaminoto, ia menyebut bahwa anak-anak muda yang anti terhadap gerakan politik dan sejenisnya, maka mereka disebut racun. “Anda hadir di sini karena Anda bukan racun, Anda hadir di sini karena Anda bukan pengkhianat bangsa ini,” tegas Ari Kamayanti.
Tak lupa, perempuan yang juga seorang dosen dan pembicara publik itu mengingatkan akan tiga prinsip penting yang diajarkan oleh Tjokroaminoto, yakni semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, dan sepintar-pintar siasat. Kehadiran para aktivis di Kongres II Aktivis Peneleh merupakan bentuk manifestasi dari praktik bersiasat yang sedang dilakukan.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Peneleh Jang Oetama, Assoc. Prof. Dr. Aji Dedi Mulawarman, tak ketinggalan memberikan pengantar dalam pembukaan Kongres II Aktivis Peneleh yang dilaksanakan di Singosari, Malang tahun ini.
Ia menggarisbawahi bagaimana Peneleh hadir sebagai tempat berkumpulnya para aktivis dari berbagai latar belakang. “Di Peneleh ini kita campur dari berbagai organisasi. Ada yang PMII, IMM, HMI, GMNI, bahkan sampai SEMI,” ungkap Aji.
Meskipun demikian, apa yang dibicarakan dan menjadi diskursus di sana bukanlah perbedaan atau hal remeh temeh seputar kekuasaan. Aji kemudian mencontohkan beberapa karya tulis yang dihasilkan dari jenjang pendidikan dan perkaderan tingkat lanjut aktivis peneleh, seperti Kita Bukan Bebek dan Gagasan tentang Peradaban.
Buku itu merupakan bukti keseriusan gerakan aktivis peneleh yang juga dilandasi dengan pemikiran yang serius dan matang. Lebih lanjut, berbagai inovasi yang dilakukan Peneleh merupakan ikhtiar untuk menggaungkan kembali Tjokroisme sebagai ideologi yang berbasis realitas kehidupan dan budaya masyarakat Nusantara.
Turut memberikan sambutan dalam pembukaan rangkaian Kongres II Aktivis Peneleh ini ialah Camat Singosasari serta Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, Hikmah Bafaqih. Keduanya menyoroti peran penting aktivis peneleh untuk turut menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia di era sekarang.
Pembukaan Kongres II Aktivis Peneleh secara simbolis dilakukan dengan alunan angklung yang secara bersama-sama dibunyikan perwakilan internal Aktivis Peneleh dan para tamu undangan dan narasumber yang telah hadir di acara. Kongres ini akan berlangsung selama empat hari ke depan dengan variasi kegiatan, mulai dari studium generale, musyawarah, hingga pentas seni dan budaya. (ABK/Red)