
siti rahmani rauf
Oleh: Hendra Jaya
Bagi generasi 1980-an dan 1990-an, kalimat “Ini Budi” adalah bagian dari kenangan masa kecil yang sulit dilupakan. Sebuah metode belajar membaca yang sederhana namun efektif, yang telah membantu jutaan anak Indonesia mengenal aksara pertama mereka.
Namun, di balik kesuksesan metode ini, ada sosok luar biasa yang mungkin tidak banyak dikenal orang: Siti Rahmani Rauf. Lahir di Padang, Sumatra Barat, pada 5 Juni 1919, Siti Rahmani mengabdikan hidupnya sebagai pendidik.
Ia tidak hanya seorang guru, tetapi juga seorang inovator dalam dunia pendidikan. Tanpa pamrih, ia menciptakan sebuah metode belajar membaca yang hingga kini dikenang sebagai salah satu kontribusi terbesar dalam dunia literasi di Indonesia.
Siti Rahmani mengawali kariernya sebagai guru sejak usia 18 tahun. Pada tahun 1938, ia mulai mengajar di Padang, dan selama 15 tahun berikutnya, ia mendidik banyak siswa di kota kelahirannya.
Kecintaannya pada dunia pendidikan membuatnya terus berusaha mencari cara agar anak-anak lebih mudah memahami pelajaran. Pada tahun 1954, ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Di ibu kota, ia meneruskan profesinya sebagai guru dan terus mengembangkan metode pengajaran yang lebih efektif.
Kariernya mencapai puncak saat ia diangkat menjadi kepala sekolah SD Tanah Abang 5, Jakarta Pusat, sebelum akhirnya pensiun pada tahun 1976.Namun, meskipun telah pensiun dari dunia mengajar formal, dedikasinya dalam dunia pendidikan tidak berhenti di situ.
Proyek Alat Peraga Bahasa Indonesia
Pada tahun 1980-an, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menawarkan sebuah proyek besar kepada Siti Rahmani. Ia diminta untuk membantu menyusun alat peraga pelajaran Bahasa Indonesia yang lebih efektif bagi siswa Sekolah Dasar.
Dari proyek inilah lahir sebuah metode belajar membaca yang kemudian dikenal sebagai metode “Ini Budi”. Dalam waktu kurang dari setahun, Siti Rahmani berhasil menyusun buku bacaan yang mudah dipahami oleh anak-anak. Buku ini dicetak dan didistribusikan secara luas ke berbagai wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatra.
Metode “Ini Budi” menjadi standar dalam pembelajaran membaca di tingkat SD pada era 1980-an hingga 1990-an. Dengan kalimat sederhana seperti “Ini Budi. Ini ibu Budi. Ini bapak Budi”, anak-anak dapat belajar membaca dengan lebih mudah dan cepat.
Salah satu keunggulan metode “Ini Budi” adalah kesederhanaannya. Ia menggunakan kata-kata yang familiar, sehingga anak-anak lebih cepat memahami bacaan jika kata-kata yang digunakan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Tjokroisme Kembali Digemakan di Malaysia
Keunggulan lainnya ialah struktur kalimat yang sederhana dan repetitif. Kalimat-kalimat dalam buku ini memiliki pola yang berulang, sehingga memudahkan anak-anak dalam mengenali dan menghafal kata-kata baru.
Tak hanya itu, visualisasi yang mendukung pemahaman juga menjadi poin plus dari metode tersebut. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi sederhana, yang membantu anak-anak memahami hubungan antara kata dan gambar.
Metode ini terbukti sangat efektif sehingga generasi 80-an dan 90-an hampir semuanya mengenal “Ini Budi” sebagai bagian dari pelajaran membaca mereka.
Yang lebih mengagumkan lagi, meskipun metodenya digunakan oleh jutaan anak Indonesia, Siti Rahmani Rauf tidak pernah meminta bayaran atas karyanya. Baginya, kepuasan terbesar adalah melihat anak-anak Indonesia bisa membaca dengan mudah.
Namun, di balik semua pengabdiannya, ia hanya memiliki satu keinginan sederhana: pergi haji. Keinginan ini akhirnya terwujud pada tahun 1986, ketika salah satu penerbit yang mengenali jasanya membiayai perjalanannya ke Tanah Suci.
Akhir Perjalanan Siti Rahmani Rauf
Siti Rahmani Rauf menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang. Ia meninggal dunia pada 10 Mei 2016, dalam usia 96 tahun. Meskipun telah berpulang, warisannya tetap hidup. Metode “Ini Budi” akan selalu dikenang sebagai bagian dari perjalanan literasi Indonesia.
Bagi mereka yang tumbuh besar di era 80-an dan 90-an, metode “Ini Budi” bukan sekadar pelajaran membaca. Itu adalah bagian dari masa kecil, bagian dari nostalgia yang akan selalu melekat di ingatan.
Di era digital seperti sekarang, mungkin metode ini telah tergantikan oleh teknologi yang lebih canggih. Namun, dedikasi dan semangat Siti Rahmani Rauf dalam mencerdaskan anak bangsa tetap menjadi inspirasi yang abadi.
Sebagai generasi yang pernah merasakan manfaat karyanya, kita patut mengapresiasi sosoknya dan mengenang jasa-jasanya. Terima kasih, Bu Siti Rahmani Rauf. Warisanmu akan selalu hidup dalam setiap anak yang belajar membaca melalui metode “Ini Budi”.
Editor: Ahmad Bagus Kazhimi