Pemilu di Inggris Raya telah selesai dihelat pada pekan lalu. Hasilnya, Sir Keir Starmer selaku calon dari Partai Buruh memenangkan pertarungan elektoral dengan menumbangkan pesaing terberatnya, Partai Konservatif, yang dipimpin oleh Rishi Sunak.
Partai Konservatif mengalami keruntuhan dramatis setelah 14 tahun berkuasa dengan dipimpin oleh lima perdana menteri berbeda. Partai yang diketuai oleh Rishi Sunak ini kehilangan 250 kursi pada malam yang disebut-sebut menghancurkan tersebut.
Rishi Sunak, perdana menteri yang akan mengakhiri masa jabatannya, menerima tanggung jawab atas hasil tersebut dan meminta maaf kepada rekan-rekannya yang kalah dalam pernyataan singkat di luar area 10 Downing Street yang diguyur hujan. Lebih lanjut, ia menyatakan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin partai dalam beberapa minggu mendatang.
Dalam pidato pertamanya sebagai perdana menteri setelah menyapa puluhan pendukung Partai Buruh yang bergembira di Jalan Downing, Sir Keir Starmer bersumpah untuk menjalankan pemerintahan yang melayani dan memulai periode pembaruan nasional.
“Sudah terlalu lama kita menutup mata ketika jutaan orang terperosok ke dalam ketidakamanan yang lebih besar. Mengubah suatu negara tidak seperti menekan tombol. Dunia kini menjadi tempat yang lebih bergejolak. Ini akan memakan waktu cukup lama, namun yakinlah bahwa upaya perubahan akan segera dimulai,” ungkap Starmer dengan logat meyakinkan.
Hasil ini menandai pembalikan yang menakjubkan dari pemilu Inggris tahun 2019 ketika Partai Buruh yang dipimpin oleh politisi veteran sayap kiri Jeremy Corbyn mengalami kekalahan pemilu terburuk dalam hampir satu abad.
Di sisi lain, Robert Buckland, mantan menteri Konservatif yang kehilangan kursinya, menggambarkannya sebagai kiamat elektoral bagi Partai Konservatif. Ini adalah hasil terburuk yang diraih partai tersebut dalam hampir 200 tahun terakhir, dengan pertarungan ideologis mengenai arah masa depan partai tersebut diperkirakan akan terjadi.
Kemenangan Besar Partai Buruh dalam Pemilu Inggris
House of Commons Inggris memiliki 650 anggota parlemen. Masing-masing kursi mereka mewakili daerah pemilihan atau distrik yang menjadi wilayah keterwakilan sang calon senator. Pada pemilu Inggris kali ini, Partai Buruh tampil sebagai pemenang dengan keunggulan telak atas rival-rivalnya.
Sejauh ini Partai Buruh telah memenangkan 412 kursi, sementara Partai Konservatif merosot menjadi hanya 121 kursi dan Partai Demokrat Liberal yang berhaluan tengah telah memperoleh 71 kursi. Reformasi Inggris, penerus Partai Brexit, akan memperoleh empat kursi, begitu pula Partai Hijau yang beraliran kiri.
Lonjakan Partai Buruh sebagian dibantu oleh runtuhnya Partai Nasional Skotlandia (SNP). Partai tersebut telah dilanda serangkaian kontroversi seputar keuangannya dan hanya memperoleh sembilan kursi dalam semalam.
Perkiraan perolehan 170 kursi di House of Commons untuk Partai Buruh adalah jumlah yang sangat besar namun masih jauh dari mayoritas 179 kursi yang dimenangkan oleh partai di bawah kepemimpinan Tony Blair pada pemilu 1997.
Baca juga: Pemilu Iran: Mengenal Kandidat Presiden Baru Pengganti Ebrahim Raisi
Namun untuk perspektif yang lebih luas, kemenangan Partai Konservatif pada pemilu 2019 di bawah Boris Johnson dipandang sebagai kinerja yang sangat kuat sehinggamembuat mereka memperoleh mayoritas dengan 80 kursi.
Perlu diketahui bahwa jika suatu partai memegang mayoritas, berarti partai tersebut tidak perlu bergantung pada partai lain untuk mengesahkan undang-undang bagi masyarakat di Inggris Raya. Oleh karena itu, semakin besar mayoritasnya, maka prosesnya tentu akan semakin mudah.
Meskipun demikian, ada sejumlah kekalahan penting yang dialami Partai Buruh dari kandidat independen yang berkampanye pro-Gaza, terutama di daerah dengan populasi Muslim yang besar.
Partai Buruh menghadapi tekanan yang semakin besar atas sikap mereka terhadap konflik tersebut. Pada bulan Februari, partai tersebut menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera tetapi para kritikus mengatakan mereka terlalu lambat untuk mencapai posisi tersebut.
Partai-partai kiri-tengah di negara-negara Barat lainnya terus memperhatikan tren menjelang pemilu, di tengah kekhawatiran akan meningkatnya reaksi balik dari pemilih mereka atas dukungan mereka terhadap Israel.Konservatif dan menarik lebih banyak pemilih dari sisa basis partai. (ABK/Red)