
Pemerintah Indonesia berkolaborasi dengan Badan Kerja Sama Pembangunan Norwegia (NORAD) dan Center for Global Development (CGD) kembali menyelenggarakan Development Leaders Conference (DLC) di Jimbaran, Bali pada 12-13 Juni 2024. DLC kali ini berupa kelanjutan dari implementasi DLC 2023 yang sebelumnya diadakan di Oslo, Norwegia.
Dihadiri oleh negara-negara maju sebagai anggota Development Assistance Countries (DAC),negara berkembang dengan new emerging donor, perwakilan organisasi internasional, think tank, dan lembaga filantropi, DLC merupakan forum terbatas yang membahas wacana terkait kerja sama pembangunan global sekaligus tempat bertukar pandangan mengenai kebijakan dan praktik terbaik dalam membangun kolaborasi multi-pihak dari berbagai negara.
Dengan diselenggarakannya forum yang dihadiri oleh lebih dari 80 delegasi dari berbagai latar belakang institusi internasional ini, Indonesia berkesempatan untuk mendorong penguatan posisi dan posturnya sebagai bagian dari negara berkembang (Global South) sekaligus memperkuat perannya sebagai penyedia selatan yang andal dalam konteks kerja sama segitiga tersebut.
Selain sebagai peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan profilnya sebagai negara donor baru, momentum DLC ini juga digunakan untuk mendorong negara-negara berkembang lainnya agar segera mengambil langkah juga untuk menjadi negara donor baru.
Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Pahala Nugraha Mansury, menekankan pentingnya kerja sama yang erat antara negara donor tradisional dan negara donor baru, salah satunya dalam mengatasi kesenjangan pencapaian target SDGs antara negara maju dan berkembang.
“Kerja sama pembangunan harus mampu mendukung kelompok paling rentan, mengingat saat ini bantuan kerja sama pembangunan internasional didominasi oleh pinjaman lunak,” ujarnya sebagaimana dikutip oleh Asia Today.
Lebih lanjut, ia juga menilai kerja sama yang terjalin harus mampu mendorong transformasi ekonomi seperti hilirisasi dan transisi energi, termasuk melalui dukungan finansial dan transfer teknologi. Kerja sama pembangunan harus menjadi katalis bagi kemitraan antar pihak.
Baca juga: PBB: Kematian Warga Sipil Gaza dalam Penyanderaan Israel Tergolong Kejahatan Perang
Mengangkat tema Menuju Kemakmuran Bersama: Solusi Kolaboratif untuk Pembangunan Global, DLC ini menghasilkan kesamaan pandangan mengenai pentingnya reformasi Official Development Assistance (ODA) dan bagaimana ODA dapat mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
DLC sesi ketujuh kali ini juga membahas tentang pola kemitraan yang ideal dalam kerja sama pembangunan, serta bagaimana membangun narasi dan strategi komunikasi terkait kerja sama pembangunan yang dapat diterima masyarakat.
Menjelang Platinum Jubilee peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah di penghujung sesi DLC terakhir mengangkat makna Semangat Bandung sebagai wujud solidaritas antar bangsa dalam bekerja sama menghadapi berbagai tantangan global.
“Semangat Bandung masih sangat relevan dalam membangun solidaritas dan kerja sama antar negara-negara yang baru mencapai kemandirian ekonomi, untuk lebih membantu negara-negara Selatan lainnya mencapai kemandirian ekonominya sendiri,” ujar Siti.
Keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah DLC kali ini kembali menunjukkan peran sentralnya sebagai penggerak kerja sama pembangunan antar negara berkembang. Melalui Semangat Bandung dan dalam rangka menjunjung tinggi penghormatan terhadap cita-cita bangsa Indonesia untuk berpartisipasi dalam perdamaian dunia, Indonesia melalui DLC mempererat solidaritas dan kerja sama untuk bersama-sama menghadapi tantangan global. (ABK/Red)