
Society of The Snow, film survival yang diadaptasi dari kisah nyata tragedi kecelagaan pesawat (Doc: Netflix)
Oleh : Anik Meilinda
Film Netflix Society of the Snow terinspirasi dari peristiwa nyata Penerbangan 571 Angkatan Udara Uruguay. Sebuah pesawat yang jatuh di pegunungan Andes saat melakukan perjalanan dari Montevideo, Uruguay ke Santiago, Chili pada tahun 1972.
Konflik dari film ini dimulai ketika pesawat mengalami masalah turbulensi, lalu terbang rendah dan akhirnya menabrak pegunungan Andes. Pesawat terbelah menjadi dua, sayapnya patah, dan porak-poranda.
Di hari pertama kejadian, diketahui 32 orang selamat. Namun, seiring berjalannya waktu menjadi 16 orang. Enam belas orang itu berhasil selamat setelah 72 hari menjadi penyintas, beradu dengan suhu ekstream dan kelaparan.
Film ini menggambarkan betapa besarnya kekuatan kesetiaan dan perjuangan. Bagaimana meraka memendam ego masing-masing demi bertahan hidup. Mengambil keputusan bersama yang mungkin sebenarnya tidak masuk akal dan sulit diterima.
Hingga akhirnya, plot kondisi darurat seperti ini, Ditunjukkanlah sosok pemimpin yang bijaksana, membangun kerjasama, dan memberikan semangat. Kerjasama dan kesetiaan inilah yang membuat mereka bisa melewati kondisi luar biasa, termasuk suhu di bawah nol derajat, longsoran salju, dan kelaparan.
Mereka terpaksa mengambil keputusan ekstrem demi survive. Seperti memakan daging teman mereka sendiri dan meminum air hasil tetesan embun. Bahkan, dalam sebuah adegan, salah satu penyintas menuliskan sebuah pesan sebelum meninggal. Ia mengatakan dengan jelas bersedia dikonsumsi oleh teman-temannya.
Adegan paling mengharukan dan mengundang air mata, adalah ketika akhirnya 2 orang dari mereka berhasil mencapai daratan rendah dan mengabarkan bahwa mereka masih hidup. Pemerintah Uruguay yang tadinya telah menyerah dan menghentikan pencarian, mendapatkan titik cerah dari mereka berdua.
Film ini mengajarkarkan kita betapa berharganya hidup ini. Nando Parrado dalam sebuah wawancara mengatakan, “Jika Anda berpikir bahwa hidup ini tidak layak untuk dijalani, Anda belum pernah berada dalam situasi seperti kami. Hidup ini layak dijalani setiap menitnya, setiap nafasnya karena ketika Anda menghadapinya”.
Nando juga berpesan, misal jika kita mempunyai masalah besar, berupa keuangan, hubungan, ekonomi, persahabatan, atau penyakit. Mungkin kita bisa memikirkan tentang mereka(penyintas dalam fim ini), melalui film ini, dan menciptakan keajaiban versi kita sendiri.
Sutradara film ini bisa memggambarkan dengan epik betapa memprihatinkan kondisi saat itu. Salju, puing-puing, dan angin berputar melalui badan pesawat yang terbuka, deretan kursi runtuh, hingga hipotermia.
Soundtrack yang bersatu dengan desiran logam yang berderak. Suara para aktor menggabungkan puing-puing yang tersisa, gemeretak gigi yang lahir karena hawa dingin. Semua aktor bisa menggambarkan kesemuanya dengan sangat natural.
Film ini bisa jadi menjadi refleksi bagi mereka yang putus asa. Namun, bisa juga menjadi menjijikkan bagi penonton yang tidak bisa melihat beberapa adegan yang penuh darah, dan kanibalisme. Over all, film ini sangat bisa dinikmati dengan oleh berbagai kalangan dan penuh dengan hikmah.
Judul : Society of The Snow
Direktur : J.A. Bayona
Penulis : J.A. Bayona, Bernat Vilaplana, Jaime Marques, Nicolás Casariego, Pablo Vierci
Aktor : Enzo Vogrincic, Agustín Pardella, Matías Recalt, Esteban Bigliardi, Diego Vegezzi
Durasi : 2 jam 24 menit
Genre : Petualangan, Drama, Sejarah, Tegang