Purnawan
Tuhan yang Esa dan maha di atas kemahaannya membuat skenario dalam kehidupan semesta yang begitu indah penuh dengan seni dan estetika semesta. Manusia menjadi salah satu makhluk yang di amanahkan menjadi Peminpin di muka bumi yang diberikan sifat lebih dari malaikat dan ciptaannya yang lain, sehingga dengan banyak nikmat yang diberikan apakah ini mampu membawa manusia menjadi baik ataukah buruk.
Salah satu sifat yang ada pada Tuhan adalah mempunyai sifat sombong yang ada pada diri-Nya yang membuat, menciptakan, Esa dan terpenuhi dalam segala macam dzat, sehingga sifat ini tidak boleh ada pada diri seorang manusia karena tidak ada kedayaan dalam diri manusia selain dari kekuasaan Tuhan di dalamnya.
Dalam panggung kehidupan ini, kesombongan hadir sebagai aktor yang merayakan dirinya dengan gemilang, seringkali menyelinap dalam keremangan hati. Ia adalah perayu terampil, mampu memesona batin tanpa sepatah katapun. Hal ini mengajak kita menapak pada sebuah perjalanan introspeksi, di mana kita bersama-sama mengeksplorasi nuansa kesombongan, sebuah sifat yang seringkali tersembunyi dalam keanggunan kata-kata dan tindakan.
Dalam harmoni ajaran Islam, kesombongan dianggap sebagai musuh yang tak terlihat namun mampu merusak keindahan jiwa. Rasulullah Muhammad SAW telah menandaskan dengan tegas bahwa setitik kesombongan, sekecil biji sawi pun, dapat menjadi rintangan yang menghalangi pintu surga.
Tuhan telah menasehati manusia, agar menjauhi sikap angkuh dan menjalani kehidupan dengan penuh kesyukuran dan ke-tawadu-an, selaras dengan firman-Nya:
لَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلّنَّاسِ وَلَاتَمْشِ فِى الاَرْضِ مَرَحًا اِنَّ الله لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتِالٍ فَخُوْرٍ(الفرقان : 18)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Al-Furqon :18)
Rasulullah Muhammad SAW bersabda :
لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ (رواه مسلم )
“Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sekecil apapun.” (HR. Muslim)
Sehingga dengan sifat sombongnya, terlantunlah ungkapan sebuah syair yang mendendangkan tentang sifat khusus kesombongan Tuhan :
الكِبْرِيَاءُ لِرَبِّنَا صِفَةٌ بِهِ مَخْصُوْصَةٌ فَتَجَنَّبَنْهَا وَاتَّقِى
“kesombongan adalah sifat yang khusus bagi tuhan, maka jauhilah! dan bertakwalah !” (Syeikh Ruknul Islam, Ta’limul Mutaallim :15)
Sebab-Sebab Kesombongan pada manusia ada 7, Yaitu:
- Ilmu pengetahuan, adalah ilmu yang bisa mengantarkan kita untuk mengetahui diri sendiri, Tuhan, dan bahaya kelak di akhir hayat.
- Amal ibadah, ada 3 derajat orang pada keadaan ini.
- Menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
- Dia menampakkan dirinya atau mengangkat dirinya di majelis ilmu, mendahului teman-temannya dan menampakkan ketidaksetujuan terhadap seseorang yang membatasi haknya.
- Menampakkan kesombongan dengan lisannya sendiri dan menyucikan dirinya dari pada dosa-dosa yang ada
- Keturunan, menyombongkan diri berdasarkan keturunan adalah perilaku yang tidak baik menurut ajaran islam, karena tidak adil dan cenderung menciptakan pembagian yang tidak sehat di kalangan masyarakat. Penting untuk diingat bahwa keberhasilan dan karakter seseorang seharusnya tidak hanya dinilai dari latar belakang keturunan. Setiap individu memiliki nilai dan potensi yang unik, yang tidak selalu terkait dengan asal usul keluarga mereka.
- Keindahan fisik, baik itu keindahan fisik kita sendiri maupun keindahan seseorang yang kita miliki, karena pada hakikatnya keindahan fisik adalah kenikmatan yang bersifat sementara dan sewaktu-waktu bisa dicabut oleh Allah SWT.
- Harta, bahwa sombong dengan harta, seperti menolak kebenaran dan merendahkan orang lain, tidak sesuai dengan prinsip keimanan. Islam mengajarkan untuk menghargai keindahan dan nikmat Allah, namun tanpa menyebabkan sifat sombong atau merasa lebih baik dari orang lain. Rendah hati dan bersyukur atas segala nikmat merupakan nilai-nilai yang ditekankan dalam ajaran Islam.
- Kekuatan, dengan menjelekkan orang yang lemah. Penindasan terhadap orang lemah sering kali terjadi saat ini,di mana sikap rasisme seringkali menimbulkan kesombongan dengan merendahkan orang-orang yang lemah.
- Pengikut yang banyak (di antara siswa maupun kerabat dekat), sebab ini seringkali menimpa seorang Raja/Pemimpin dan seorang ulama/ahli ilmu.
Dengan demikian, untuk menghindari sifat sombong yang disebabkan oleh hal-hal tersebut, marilah kita perbanyak taubat, syukur dan menyadari kelemahan diri yang tidak lain hanyalah hamba Allah SWT yang bertugas meraih ridho-Nya dengan banyak melakukan ibadah yang bermanfaat bagi kita maupun orang lain. Tulisan ini bukanlah panggilan untuk menyalahkan, melainkan undangan untuk merenung dan merajut kembali benang keikhlasan dalam diri. Mari berlayar dalam lautan makna dan hikmah Islam, di mana kita dapat menemukan pelita terang yang memandu kita keluar dari labirin kesombongan, menuju kehangatan rendah hati yang terikat dalam sentuhan kata-kata yang indah.
(Maraqil Ubudiyah bisyarhi Bidayatul Hidayah Assyaikh Muhammad Nawawi bin umar al jawi :134)