Wanita dan Misi Penyelamat Peradaban

Anik Meilinda

Tidak dapat dipungkiri bahwa wanita turut memimpin misi penyelamatan bumi. Di banyak kejadian, wanita dan anak perempuanlah yang lebih progresif dalam menunjukkan upaya penyelamatan bumi dan hidup yang berkelanjutan. Seperti yang dikatakan Farhana Yamin, seorang pengacara sekaligus aktivis iklim. Ia mengatakan “Perempuan sepenuhnya berada di garis depan dalam solusi iklim dalam kehidupan sehari-hari.”

Pertanyaan awal yang akan muncul di kepala banyak orang adalah “memangnya bumi ini kenapa? Ia sakit? Atau bagaimana?” . Jawabanku adalah “Hei, lihatlah bumimu sedang tidak baik-baik saja. Cuaca dan musim yang tidak menentu, sampah dimana-mana, polusi udara yang mengundang penyakit, krisis pangan, pemanasan global, dan bencana-bencana lainnya”.

Namun, jangan khawatir. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja selama wanita bergerak. Wanita adalah akronim dari wani ditata (berani diatur) dan wani nata (berani mengatur). Ditarik dari pengertian itu, sudah jelas bahwa wanita wajib berilmu tentang apapun, wanita dituntut untuk senantiasa belajar, sesuai dengan realitas yang ada di hadapannya. Namun, “wani ditata” pun mengisyaratkan bahwa wanita pun harus mau diatur dan menerima masukan dari orang lain. Dalam hal ini, kita akan menghubungkannya dengan kenyataan bahwa aktivis perempuan tidak akan ragu melangkah, jika ia telah yakin akan kebenaran yang ia genggam.

Bagaimana peran wanita dalam mewujudkan bumi yang sehat dan berkelanjutan? Menurut saya, wanita cenderung tidak suka memaksa orang lain, ia lebih suka dengan perbuatan yang dibersamai kesadaran. Contohnya, untuk membangun budaya tidak menggunakan pembalut sekali pakai, seorang wanita tidak akan sok pintar lalu mengedukasi dan memaksa lingkungannya untuk memakainya juga. Melainkan akan mengampanyekannya dengan cara yang elegan. Misalnya, dengan memakainya, dan spill link belinya di media sosial mereka.

Berdasarkan pengamatan saya, wanita cenderung lebih terbuka atas apa yang ada di pikirannya di media sosial ketimbang laki-laki. Wanita kerap dengan mudahnya menceritakan pengalamannya di media sosial tanpa berpikir apa yang akan terjadi nanti. Tentu, tidak semuanya seperti itu. Kecenderungan ini seperti dua belah mata pisau. Bisa menjadi baik, bisa juga melukai. Namun, semuanya tergantung sudut pandang yang digunakan juga.

Kenapa wanita harus menjadi garda terdepan selamatkan bumi? Karena, ia adalah subjek sekaligus objek yang akan paling banyak terdampak dari bencana ini. Bukti menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan meningkat dalam situasi bencana, dan sebuah penelitian selama dua puluh satu tahun dengan sampel di 141 negara menemukan bahwa lebih banyak perempuan yang meninggal akibat bencana dibandingkan laki-laki.

Wanita hamil, bayi, dan anak kecil adalah kelompok yang paling rentan terhadap keracunan merkuri, yang membahayakan perkembangan kemampuan anak untuk berjalan, berbicara, membaca, menulis, dan memahami.

Status ekonomi dan peran gender juga menempatkan perempuan pada risiko. Peran gender tradisional juga membuat perempuan lebih rentan terhadap dampak buruk perubahan iklim. Di banyak belahan dunia, perempuan bertanggung jawab mengumpulkan air, makanan, dan bahan bakar dan terutama terlibat dalam pertanian subsisten, pengasuhan anak, dan kebersihan.

Kegiatan-kegiatan ini sangat bergantung pada sumber daya alam sehingga lebih rentan terhadap dampak degradasi lingkungan dan kenaikan suhu global. Hal ini dapat menimbulkan lingkaran setan peningkatan kemiskinan.

Namun, meski menghadapi kesulitan-kesulitan ini, wanita di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa ketika mereka mengambil alih tanggung jawab setelah terjadinya bencana lingkungan, penghidupan mereka akan meningkat, dan solusi iklim yang efektif akan tercipta.

Dalam menyelamatkan bumi, wanita akan memulainya dari dirinya sendiri dan rumahnya. Banyak wanita telah beralih ke menstrual cup dan menstrual pad dari yang sebelumnya menggunakan pembalut sekali pakai. Banyak ibu juga telah mengganti penggunaan popok sekali pakai dengan popok kain, menanam kebun sayurnya sendiri, dan lain sebagainya.

Kebanyakan, wanitalah yang memegang kendali terhadap kebersihan dan kerapian di rumahnya. Maka dari itu, wanita memiliki power yang besar untuk mempengaruhi  anggota keluaraganya untuk sadar dan turut menjaga alam. Misalnya, dengan memberikan pengertian perihal pemilahan sampah, hemat listrik, memasak seperlunya, dan lain sebagainya. Secara perlahan tapi pasti, budaya mencintai dan menyayangi bumi ini akan tertanam di hati anggota keluarga. Sehingga, meskipun mereka keluar dari rumah pun, kebiasaan-kebiasaan baik itu akan tetap terjaga. Karena apa? Karena penyadarannya dilakukan secara perlahan dan terus menerus.

Tetap sabar dan semangat menyelamatkan peradaban ya wanita-wanita hebat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *