
Oleh:
Andika Surya Pratama (S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang)
Twitter, sebagai salah satu media sosial populer, memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan mahasiswa di era digital. Dalam hal kebebasan berpikir, Twitter memiliki pengaruh yang ambivalen. Di satu sisi, platform ini memberikan akses mudah dan cepat ke beragam ide, informasi, dan pandangan. Mahasiswa dapat terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat dan pemikiran serupa, memperluas wawasan mereka, dan memperkaya perspektif. Namun, di sisi lain, Twitter juga memiliki risiko penyebaran informasi yang salah, provokasi, dan intimidasi daring. Mahasiswa perlu memiliki kritisitas dan literasi digital yang kuat untuk memfilter dan memverifikasi informasi yang mereka temui di Twitter.
Selain itu, Twitter juga dapat menciptakan filter bubble yang dapat membatasi kebebasan berpikir mahasiswa. Algoritma dan preferensi pribadi pengguna dapat menjebak mereka dalam lingkungan informasi yang hanya memperkuat sudut pandang yang sudah ada. Ini mengurangi eksposur mereka terhadap opini dan gagasan yang berbeda, menghalangi kemampuan mereka untuk berpikir secara terbuka dan inklusif. Untuk melawan filter bubble ini, mahasiswa harus aktif mencari perspektif yang beragam dan mempertahankan keberagaman dalam pemikiran mereka.
Dalam kesimpulan, pengaruh Twitter terhadap kebebasan berpikir mahasiswa di era digital adalah fenomena yang kompleks. Platform ini dapat menjadi sumber informasi yang berharga dan memfasilitasi interaksi yang bermanfaat. Namun, risiko penyebaran informasi yang salah, filter bubble, dan intimidasi daring juga harus diperhatikan. Mahasiswa perlu mengembangkan kritisitas, literasi digital yang baik, dan kesadaran akan risiko yang terkait dengan penggunaan Twitter. Dengan cara ini, mereka dapat memanfaatkan platform ini secara bijak dan mempertahankan kebebasan berpikir mereka dalam dunia digital yang semakin kompleks.