Non Government Organization (NGO) Kapal Ekspedisi menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Eksistensi dan Harmoni Manusia, Agama, dan Budaya di Pulau Seribu Masjid” pada Minggu (01/04/2023). Acara ini dihadiri lebih dari 80 peserta dari lintas bidang, bahkan peneliti bayan asal Malaysia juga turut hadir dalam webinar nasional kali ini.
Dalam acara ini mengundang dua narasumber yang merupakan tokoh terkenal di Lombok utara yaitu, Bapak Dr. H. Najmul Achyar, M.H. yang pernah menjabat sebagai Bupati Lombok Utara pada periode 2015-2020 sekaligus tokoh NWDI, dan Bapak Raden Sawinggih, S.Sos. yang merupakan Penulis Buku Bayan untuk Indonesia Inklusif.
Terdapat beberapa tamu undangan yang turut hadir dari berbagai instansi seperti, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, Dikpora Nusa Tenggara Barat, Forum Komunikasi Mahasiswa Kabupaten Lombok Utara, Karang Taruna Kabupaten Lombok Utara, Rumah Bahasa Nusa Tenggara Barat, serta Fatta Institute.
Rizal Tri Bimantoro sebagai Ketua Pelaksana menyampaikan sambutan dalam acara Webinar Nasional yang diadakan NGO Kapal Ekspedisi.
“Acara ini kami inisiasi sebagai respon atas krisisnya jati diri seorang khalifah dalam mendalami nilai hidup bumi sasak dengan kekayaan agama dan budayanya.” Ucapnya saat memberikan sambutan.
Mengutip dari isi sambutan Project Leader NGO kapal ekspedisi, Alfito Joan Parinza dalam acara Webinar Nasional kali ini.
“Kegiatan Webinar ini adalah pucak dari kegiatan ekspedisi seribu pulau ke-4 yang dilaksanakan di Dusun Dasan Tutul, Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan pencerdasan bagi masyarakat umum mengenai islam yang ada di desa bayan untuk memberikan informasi yang konkret dan membenarkan misinformasi mengenai kondisi agama dan budaya Desa Bayan berdasarkan penjelasan langsung dari pemateri yang kredibel.” tuturnya saat memberikan sambutan.
Bapak Dr. H. Najmul Achyar, M.H. sebagai narasumber pertama, menjelaskan mengenai akulturasi islam dan budaya Lombok.
“Lombok memiliki nilai budaya dan agama yang saling bersandingan dan berhubungan. Sebab, nilai-nilai adat yang ada di Lombok tidak bertentangan dengan nilai agama, karena nilai adat di Lombok bersumber dari agama atau disebut adat luwir game (adat bersendi agama), maka ada beberapa cara masyarakat dalam mengimplementasikannya,” ucapnya saat memberikan penjelasan.
Kemudian lebih lanjut beliau juga menyampaikan sebuah closing statement dalam acara kali ini.
“Kalau Anda mengakui diri sebagai masyarakata adat, tetapi ketika waktu sholat masih berkeliaran, maka ada nilai yang salah dalam diri kita. Karena pemuda Lombok yang memegang adat, dia juga pasti memegang nilai agama. Kehidupan yang bersandar dengan nilai agama dan moral maka kehidupan itu akan tertata,” pungkasnya saat menutup pemaparan materi.
Bapak Raden Sawinggih, S.Sos. sebagai pemateri kedua menjelaskan lebih lanjut tentang memaknai tasawuf dan budaya bayan.
“Jika kita telusuri lebih dalam, secara visual kehidupan masyarakat bayan dalam segi pemikiran adalah tidak bisa lepas dari sejarah islam, karena nama bayan sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti penerang,” ucapnya saat memberikan penjelasan.
Selanjutntya beliau pun menyampaikan closing statemen diakhir pemaparan materi.
“Jika Anda datang mencari islam ke bayan hanya mengunakan pendekatan syariat maka islam mungkin sulit ditemukan, tapi jika anda mencari islam menggunakan pendekatan tauhid dan budaya insyaa Allah islam sejati itu ada di Bayan,” ucapnya saat menutup sesi materi.
Penulis: Yudi
Editor: Nensy, Marine, Limy