Ari Kamayanti: untuk Apa Peringati Sumpah Pemuda, Jika Pola Pikir Tidak Nusantara

Menolak berpikir sebagai manusia Nusantara sejati adalah mengingkari Sumpah Pemuda. Apalagi, jika tidak paham caranya berpikir sebagai manusia Nusantara dikarenakan menyukai paradigma ‘barat’. Hal ini disampaikan oleh Ari Kamayanti, dewan pakar Paradigma Nusantara dan dosen Politeknik Negeri Malang (Polinema) pasca acara Reklamasi Supremasi Nusantara (RESIN) di 2 tempat yakni Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur (28/10/2022).

“Lebih parah, jika Anda tidak tahu bagaimana cara berpikirnya manusia nusantara karena terbiasa menjadi orang ‘barat’,” kata Ari.

Paradigma Nusantara mencoba menyadarkan manusia nusantara agar melihat Nusantara dengan kacamata Nusantara, tidak lagi menggunakan kacamata ‘barat’. RESIN sendiri dicetuskan oleh beberapa dewan pakar, di antaranya Dr Aji Dedi Mulawarman, Dosen Universitas Bramijaya; Dr Ari Kamayanti, Ketua Yayasan Peneleh Jang Oetama (YPJO); dan Dr Novrida Qudsi, dosen Polinema.

Gagasan Paradigma Nusantara ini akan dipaparkan di berbagai daerah di Nusantara. Berbekal 2 buku, yakni Paradigma Nusantara dan Metodologi Paradigma Nusantara, peserta RESIN akan diajak berdiskusi dan meneliti demi mewujudkan Nusantara yang Nusantara.

“RESIN akan digelar di Sumbawa, Lombok, Mataram, Bandung, Batu Bara, Jogja, Jember, Mataram, dan Bandung. Mari bersama menjadi bagian dari penggerak peradaban Nusantara. Kita mulai dari belajar Paradigma Nusantara,” tutur Hendra Jaya, selaku salah satu tim penyelenggara dari YPJO.

Baca Juga Proklamasikan Kemerdekaan Berpikir, Peneleh Research Institute bersama Peneleh Luncurkan Serial Buku Paradigma Nusantara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *