
Suasana Kegiatan RESIN. Doc..Panitia
Peneleh Research Institute dan Aktivis Peneleh Jang Oetama mengadakan kegiatan RESI(N)-Reklamasi Supremesi Nusantara di Dialectic Coffee Roastery, Malang (13/10/2022). .Kegiatan RESI(N) adalah sebuah gagasan baru dari Peneleh sebagai upaya membumikan gema Paradigma Nusantara ke seluruh penjuru Indonesia.

Olehnya itu, kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan di beberapa kota seperti Surabaya, Makassar, Madura, Jakarta, dst. Pertemuan perdana di Malang ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa baik tingkat sarjana, magister, maupun doktoral dari berbagai kampus di Kota Malang
Paradigma Nusantara sendiri merupakan buku yang di tulis oleh Dr. Aji Dedi Mulawarman, seorang dosen Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Buku tersebut berangkat dari renungan panjang dan gerak nurani beliau untuk niat “pulang” ke cara berpikir sendiri yaitu Nusantara.
Ia meyakini bahwa manusia nusantara memiliki cara padangannya sendiri yang khas asli Nusantara. Alasan substantif mengapa harus menggunakan lensa kita sendiri (Nusantara), ini akan berdampak pada terkonstruksinya sains di ruang-ruang kebudayaan dan religiusitas yang melemahkan kemandirian asumsi filosofis sains itu sendiri dan menjadi tergantung pada alam pikir paradigma Barat hingga tergusur menjadi subordinasi kuasa paradigmatik.
“Padahal kekuatan pandangan atas dunia yang menjadi basis filsafat (sains) kenusantaraan jelas berbeda di mana nilai-nilai utama yang mendasari tentang kenyataan alam semesta itu hidup tanpa jeda atau kesatuan tak terpisahkan antara dunia langit dan bumi serta eksistensi Illahiyyah selalu hadir di semua titik kehidupan,” terangnya.
Kegiatan ini di isi oleh dua Narasumber selaku Pembedah Buku. Pertama, Ki Cokro Wibowo Sumarsono, S.Pd., M.AP, selaku Koordinator Pusat Kajian Jawa dan Kearifan Lokal Universitas Islam Raden Rahmat Malang. Kedua, Dr. Khozin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang dan Wakil Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Disdasmen) Pengurus Muhammadiyah Jawa Timur.
Acara diawali dengan bedah yang disampaikan oleh Ki Cokro secara menggelegar. Sang pegiat budaya Jawa itu mengungkapkan perlunya men-trigger diri dan harus malu pada founding fathers kita yang mampu menciptakan kekuatan besar dalam meraih kemerdekaan. Kemederkaan Republik Indonesia (RI) yang diproklamirkan oleh Bung Karno, sesungguhnya akumulasi dari kekuatan besar yang digagas oleh pak Tjokroaminoto dan kawan-kawan. Sang Guru Bangsa, Tjokroaminoto aktif melakukan vergadering untuk membangun kosolidasi serta memupuk kesatuan dalam melawan penjajahan di negeri ini.
Senada yang disampaikan pembedah I, Khozin selaku pembedah II, menunjukan fenomena pertarungan berebut kuasa paradigma dewasa ini dimenangkan oleh Barat, terlihat dari dominasi cara pandang Barat yang masuk ke ruang-ruang keilmuan dan pengetahuan hingga praktik. Dekan FAI UMM ini menegaskan perlu adanya cara berpikir transdisiplin yang tidak cukup hanya menggunakan interdisiplin ataupun multidisiplin.
Baca juga Peneleh Research Institute
Agar mudah dimaknai, Paradigma Nusantara bisa artikan sebagai cara pandang religious Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Q.S. (Qur’an Surah) yang dikutip penulis buku sebagai akar berpikir. “Sehingga menguatkan argumentasi bahwa ilmu (akuntansi) tidaklah nihil nilai,” tegas Khozin.
Lebih lanjut, Ki Cokro menghimbau agar seluruh kita (peserta) tidak terkungkung dengan filsafat Barat. Ia terang-terangan sangat setuju dengan Paradigma Nusantara, bahwa kita harus kembali pulang secara paradigmatik layaknya orang-orang Nusantara melihat dunia. Dengan begitu, keberadaan “roso” Nusantara akan sampai terasa pada ruang-ruang praktik. (Humas PRI/Red)