KoranPeneleh.id- Minggu (20/03), Aktivis Peneleh secara resmi menutup acara Pendidikan Dasar Nasional (Diksarnas) Aktivis Peneleh. Kaderisasi aktivis dari berbagai latar belakang tersebut berhasil mencetak puluhan aktivis dari berbagai latar belakang.
“Alhamdulillah, siang ini bersama pengurus pusat kami menutup acara Diksarnas dan telah mengukuhkan puluhan aktivis dari berbagai latar belakang,” ungkap Dhina selaku Koordinator Aktivis Peneleh Kediri.
Acara yang berlangsung lima hari tersebut diharapkan mampu memantik kesadaran para pemuda untuk ikut serta dalam memperbaiki kekalutan yang terjadi di seantero negeri melalui aksi-aksi nyata untuk mewujudkan zelfbestuur.
“Di Peneleh yang utama adalah membersihkan diri, membersihkan ego. Karena kalau sudah selesai dengan dirinya, tidak akan nyolong. Kebersihan diri (hati) akan mengantarkan kepada puncak keberuntungan,” ujar Aji Dedi Mulawarman yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Peneleh Jang Oetama.
Senada dengan itu, Ari Kamayanti juga menyampaikan “Kita meyakini kalian adalah ombak yang menggulung lautan. Selanjutnya, sebuah peradaban berhasil bukan karena otak saja, tetapi kesadaran gerak lahir, batin dan pikir atau Pak Tjokroaminoto menyebutkan menembah Gusti.” Maka Diksarnas lahir salah satunya sebagai pemantik kesadaran seseorang akan pentingnya mengharmonisasikan tiga hal tersebut.
Diah Ayu Septi Fauji dalam sambutannya menyampaikan bahwa selain kesadaran harus ada kemauan dan kemampuan Aktivis Peneleh untuk menggerakkan hijrah. Kemampuan untuk menggerakkan hijrah dan merealisasikan aksi yang telah direncanakan menjadi sebuah hal nyata, bukan sekadar mimpi belaka.
Acara yang ditutup langsung oleh Aji Dedi Mulawarman tersebut memberikan kesan baik, terutama bagi peserta yang mengikuti Diksarnas. Muh. Firdaus selaku ketua angkatan terpilih menyampaikan:
“Di Aktivis Peneleh kami diajarkan nilai religiositas-kebangsaan, dan kemudian mengaksikannya dalam kehidupan. Tak hanya hal tersebut, dalam agenda Diksarnas kami diajar untuk mampu mengenal diri, membangun relasi kelompok, dan selanjutnya yang paling pokok ialah bagaimana memahami realitas dan dapat membangun konstruksi atas realitas tersebut,” ujar Firdaus.
Baca juga: