KoranPeneleh.id- Mempelajari geografis sebelum mempelajari sejarah sangat penting bagi Dwi Cahyono, seorang sejarawan asal Malang. Meskipun ia berdomisili di Jawa Timur, ia bersedia membedah sejarah Jawa Tengah dalam acara Sarasehan Sejarah yang diadakan Aktivis Peneleh Regional Semarang.
“Gambaran geografis perlu kita pahami bersama karena tidak lepas dari tiap sub bahasan sejarah,” terang pria yang sekarang juga mengajar di Universitas Negeri Malang itu, Senin (7/3/2022).
Menurutnya, sarasehan sejarah perdana ini belum akan fokus pada satu lapis masa. Idealnya, ada lima lapis yang bisa dibedah. Mulai dari jaman prasejarah, hindu-buddha, kolonial, pertumbuhan Islam, dan perkembangan Islam.
“Kita akan membicarakan Jawa Tengah pada umumnya dahulu. Nanti di pertemuan berikutnya bisa kita spesifikkan dari mulai masa sebelum kolonial hingga sekarang,” paparnya dalam panel yang dihelat secara online di Zoom itu.
Sarasehan yang akan digelar setiap Senin selama bulan Maret ini merupakan salah satu upaya memberangus amnesia historis. Selain itu, acara ini juga menjadi usaha generasi muda agar tidak terombang-ambing akan gencarnya akulturasi global.
Baca juga:
Mengenal Sejarah Melalui Bedah Film “Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto”
“Adik-adik ini ingin pula menularkan virus, bahwa religiositas dan kebangsaan akan menjadi akar yang kuat menghadapi akulturasi global,” terang Fajar Setyo Anggraeni, Pembina Aktivis Peneleh Semarang.
Lebih lanjut, ia juga berharap dengan diadakannya acara ini dapat menumbuhkan semangat anak muda untuk tetap berjuang menumbuhkan literasi anak bangsa. Mengingat output yang diharapkan yakni berupa pembuatan esai atau infografis, baik yang murni berasal dari narasumber Dwi Cahyono maupun bacaan-bacaan peserta sendiri.
Dwi Cahyono menerangkan Jawa Tengah terdiri dari dua kata yakni ‘Jawa’ dan ‘Tengah’. Jawa yang dimaksud adalah Pulau Jawa, maka Jawa Tengah dalam konteks sejarah tidak diartikan sebatas sebuah provinsi. Melainkan lebih luas, yakni Jawa Bagian Tengah, atau terdiri dari Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Dalam pemaparannya, Jawa Bagian Tengah memiliki jejak sejarah yang lengkap. Mulai dari bukti prasejarah yang banyak ditemukan di sekitar Sungai Bengawan Solo, seperti Sangiran, hingga zaman perkembangan Kasultanan Islam seperti raja pertama, yaitu Panembahan Senopati dan Sultan Agung.
Bagi laki-laki yang akrab disapa Pak Dwi itu, sarasehan sejarah ini tidak hanya akan berkutat dengan masa lalu saja. Namun, juga akan dikontekstualisasikan dengan masa kini dan sebagai bekal dalam menyongsong masa datang yang lebih baik. (Anik Meilinda/Red).