KORANPENELEH.ID – Dalam waktu dekat, Aktivis Peneleh akan mengadakan Pendidikan Dasar Nasional (Diksarnas) kesembilan belas di Kediri dan edisi kedua puluh di Makassar. Keduanya akan diselenggarakan pada bulan Maret. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak para pemuda-pemudi di seantero Nusantara agar memiliki kesadaran akan jati diri kenusantaraan dan semangat zelfbestuur dalam mewujudkan kebangkitan peradaban Indonesia.
Tanah ini (Indonesia) telah banyak memberikan kehidupan bagi banyak orang. Mulai dari Australia sampai Amerika. Namun, sangat disayangkan, kerap kali ia justru tak mampu menghidupi rakyatnya sendiri. Bahkan rakyat dipaksa untuk mengemis di atas tanahnya sendiri.
Ada sebuah kalimat yang dilontarkan HOS. Tjokroaminoto, Sang Guru Bangsa, saat berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Hingga kini, kalimat tersebut masih relevan. Bagaimana bisa? Tentu bisa. Lihatlah! Tanah kita, air kita, sumber daya kita, semua tak lagi milik rakyat.
Omong kosong belaka adagium ‘dari rakyat untuk rakyat’. Coba ditengok, sudah berapa kali tanah masyarakat jadi sengketa? Sudah berapa kali, proyek yang katanya akan menyejahterakan rakyat malah akhirnya berujung pada eksploitasi lingkungan dan alam. Merusak masa depan pula.
Kita, sebagaimana digambarkan Pak Tjokro dalam gerak dunia, masih menjadi sapi perahan. Sebuah metafor yang menggambarkan betapa kita dieksploitasi sedemikian rupa dan dibuat tak berdaya oleh sistem penjajahan modern. Melihat realitas itu, apalah kamu masih tega dan rela?
Baca juga:
Dr. Aji Ingatkan Perihal Pentingnya Jati Diri dan Jangkar Kebudayaan
Tapi, saya mengamini betul kalimat Pak Tjokro yang berbunyi “Tidak ada satu pun penjara yang mampu memenjarakan kebebasan dan harapan. Tak ada peluru dan pengadilan yang sanggup menahan keadilan dan hak-hak kita, rakyat Indonesia,” tutur Pak Tjokro.
Mewujudkan mimpi besar berupa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini, kita butuh sumbangsih dan tuangan gagasan dari seluruh atau sebagian besar pemuda Nusantara. Selanjutnya, menggerakkan ide tersebut melalui kerja nyata di tengah masyarakat. Semua harus beriringan dengan seimbang. Aksi tanpa gagasan utuh itu mimpi, gagagsan tanpa aksi itu omong kosong!
Mari mulai bersama menuang gagasan kebangsaan dalam Pendidikan Dasar Nasional Aktivis Peneleh di Kediri, Makassar dan kota-kota lainnya. Pilihannya hanya dua, diam jadi buih, atau bergerak menjadi ombak yang menggulung lautan. (Hendra Jaya/Red).