Oleh : Anik Meilinda
Ketika mendengar universitas tertua di dunia, apa yang pertama kali muncul di pikiran Anda? Biar saya tanya, apakah Universitas Al-Karaouine (Al-Qarawiyyin) terlintas? Kemungkinan kebanyakan orang akan menjawab tidak. Beberapa orang akan menjawab Al Azhar atau Oxford. Keduanya memang termasuk universitas tertua di dunia. Al Azhar Mesir berdiri pada 970 M, sedangkan Universitas Oxford di Inggris pada 1096 M. Namun, fakta bahwa Universitas Al-Qarawiyyin adalah universitas tertua yang ada di dunia telah diakui oleh Guinness World Records dan UNESCO.
Tentang Fatimah Al Fihri
Universitas ini didirikan pada tahun 859 M oleh muslimah kelahiran Tunisia, Fatimah Al Fihri. Ia merupakan anak dari saudagar kaya pada masa itu. Ayahnya bernama Muhammad Al Fihri, sedangkan adiknya bernama Maryam. Meskipun bangsawan dan kaya, mereka mempunyai kepedulian dan kepada sosial. Mereka bahkan tidak gengsi bercengkrama dengan kelangan apapun dan sangat dermawan.
Kakak-beradik itu mendapatkan pendidikan yang mumpuni. Mereka berdua dibesarkan dalam keluarga yang mencintai ilmu, baik ilmu agama maupun umum atau sains. Fatimah pun adalah seorang ahli Matematika dan Tafsir Al-Qur’an dan Hadis.
Pada awal abad ke-9, pada masa pemerintahan Raja Idris II, Fatimah dan keluarganya pindah dari kota Qairawan (Tunisia) ke kota Fez (Maroko). Saat itu, Fez dikenal sebagai kota metropolitan yang didominasi oleh Muslim non-Arab.
Menariknya, Kota Fez menciptakan harmoni yang indah antara kosmopolitan dan budaya tradisional. Kota ini berkembang menjadi salah satu kota Muslim paling berpengaruh. Sektor ekonomi di sini berkembang sangat pesat.
Di sana, keluarga Fatimah Al Fihri terus mengembangkan usahanya. Mereka menjadi pengusaha Muslim yang sukses. Namun, dalam waktu yang relatif singkat, Fatimah muda ditinggalkan oleh ayah dan suaminya. Fatimah tinggal bersama saudara perempuannya, Maryam. Mereka sepakat untuk menggunakan seluruh harta warisan keluarganya untuk umat, yaitu untuk membangun masjid dan universitas.
Kedua putri ini berbaur dalam semua lapisan masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Sejak awal menetap di distrik barat Kota Fes, mereka memiliki tekad dan cita-cita untuk kemajuan masyarakat di sana. Lalu, setelah ayahnya meninggal, merekalah yang mewarisi kekayaan. Mereka bertekad menggunakan harta itu untuk membangun masjid dan universitas.
Fatimah memilih untuk membangun masjid yang diberi nama Al Qarawiyyin, sedangkan Maryam mendedikasikan dirinya untuk membangun masjid Al-Andalus di Spanyol. Kedua masjid ini kemudian berkembang menjadi universitas, yang kemudian menjadi kiblat pendidikan modern. Baik kurikulum, sistem pengajaran, pemberian gelar akademik, maupun mengenai simbol akademik. Hingga saat ini baju mahasiswa atau toga ala Fatimah Al Fihri telah diadopsi oleh kampus-kampus di berbagai belahan dunia. Toga berbentuk persegi panjang merupakan simbol yang terinspirasi dari bentuk Ka’bah di Mekkah, kiblat umat Islam.
Perkembangan Al Qarawiyyin
Pembangunan masjid memakan waktu dua tahun, selama itu Fatimah berpuasa. Tak lama kemudian, Al Qarawiyyin menjadi tujuan para pelajar dari seluruh dunia, termasuk Eropa dan Asia. Para siswa tersebut berasal dari berbagai latar belakang dan agama. Al Qarawiyyin telah menjelma menjadi pusat pendidikan lanjutan bagi siapa saja dan dari mana saja. Pada abad ke-14 M, jumlah siswanya lebih dari 8.000 orang.
Universitas ini mengembangkan sejumlah disiplin ilmu seperti agama, tata bahasa Arab, hukum Islam, tahfiz Qur’an, matematika, musik, kimia, tasawuf, kedokteran, ilmu alam, pembelajaran, debat politik, dan astronomi.
Al Qarawiyyin juga memainkan peran penting dalam penyebaran mazhab Maliki, salah satu dari empat mazhab utama dalam Islam Sunni. Mazhab yang berkembang di Afrika Utara ini dipelopori oleh Imam Malik Ibn Anas.
Universitas ini juga telah melahirkan banyak ilmuwan penting dan terkenal. Misalnya, Ibnu Khaldun, salah seorang ulama muslim, penulis kitab Muqaddimah. Kemudian, Fatimah Al-Kabbaj, satu-satunya perempuan anggota Dewan Tertinggi Ilmu Agama Maroko. Selain dari kalangan Muslim, ada juga kalangan non muslim yaitu Paus Silvester II. Seorang paus yang memimpin Vatikan dan dikenal sebagai pencipta angka Arab Latin serta ahli budaya, matematika, dan astronomi.
Al Qarawiyyin juga menjadi tempat berkumpul dan berkembangnya ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan pada tingkat pendidikan lanjut, yang kemudian konsepnya menyebar ke seluruh dunia. Konsep pembelajaran lanjutan inilah yang kemudian diadopsi oleh Eropa selama pendirian lembaga-lembaga tertua di abad-abad berikutnya, termasuk Universitas Bologna, yang didirikan pada 1088 M.
Perpustakaan universitas ini menampung 4000 manuskrip yang berbeda, di antaranya adalah salinan Al-Qur’an dari abad ke-9 dan Alkitab versi bahasa Arab dari abad ke-12. Perpustakaan ini juga merupakan salah satu perpustakaan tertua dan paling berpengaruh di dunia.
Selain itu, Al-Qarawiyyin menjadi basis perlawanan terhadap kolonialisme, serta menjadi pusat pemerintahan darurat pada saat Maroko menjadi jajahan Perancis. Untuk alasan ini, orang Perancis menjulukinya sebagai “Rumah Kegelapan”.
Universitas juga mempertahankan tradisi akademik egaliter yang unik. Di awal musim semi, ada perayaan yang memungkinkan siswa untuk memilih satu pemimpin selama seminggu, dari Jumat hingga Jumat berikutnya. Kemudian, siswa terpilih akan memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan raja selama satu jam. Termasuk masalah politik dan agama tanpa rasa takut dan khawatir.
Muslimah Inspiratif
Dedikasi Al Fihri kepada umat selama 80 tahun seharusnya bisa menjadi cambuk semangat kita semua. Bahwa perjuangan memajukan peradaban diemban oleh semua orang, termasuk muslimah. Tidak ada batasan kelamin untuk bisa menjadi bagian dari kemajuan peradaban. Hal itu telah dibuktikan oleh Fatimah Al Fihri. Inisiatif dan keberaniannya telah terbukti berhasil dan sangat berpengaruh bagi peradaban.
Ia tak hanya meninggalkan jejak di dunia Islam, pemikiran dan inisiatifnya telah memberikan pengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bumi ini. Bangunan yang mulanya masjid, berkembang menjadi pusat bergulirnya pelbagai ilmu pengetahuan. Setelah wafat pun, universitas ini terus beroperasi. Masjidnya menjadi masjid terbesar di Afrika, yang bisa menampung hingga 22.000 jamaah.
Pengorbanan Fatimah Al Fihri yang menggunakan seluruh harta, waktu, dan kemampuannya bagi umat jelas bertolak belakang dengan nilai pendidikan yang sekarang. Seringkali, siswa dididik untuk pintar agar kaya dan sukses. Universitas yang seharusnya menempa mahasiswanya untuk bermanfaat bagi umat, terkadang malah menciptakan insan berpaham materialisme.
“Kalau punya uang banyak, ibadah jadi mudah dan tenang” mungkin seperti itulah contoh pedomannya. Namun, apakah tujuan pendidikan yang sebenarnya sesederhana itu? Lebih mengerikan lagi kalau kekayaan dan jabatan diusahakan mengguankan teori politik Marchiavelli, yaitu menghalalkan segala cara demi meraih tujuan.
Semoga, warisan perjuangan yang ditinggalkan Al Fihri ini memberikan banyak hikmah. Termasuk betapa pentingnya menjadi insan yang bermanfaat dan bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik. Selain itu, hikmah bahwa apapun yang Tuhan berikan, harus digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, termasuk kesempatan belajar di universitas dan harta. Pendidikan tinggi bukan ajang lomba mencapai kekayaan dan kejayaan. Percuma saja berpendidikan tinggi dan kaya kalau tidak memiliki kepekaan sosial dan kepedulian.
Sumber:
https://databoks.katadata.co.id/
Media Pembaruan dan Pencerahan
Baca juga:
Tulisannya bagus dan sangat bermanfaat. Semoga makin banyak karya bermanfaat yg bisa kita nikmati ya mbak. Terutama tentang tokoh wanita Islam dan dunia.