koranpeneleh.id- Muh Fadhir A.I Lamasae, Kepala Sekolah Aktivis Peneleh menjabarkan nasib bangsa yang dikaitkan dengan eksistensi pemuda di Pilkada 2024 mendatang. Perihal ini dibahas dalam Bincang Kepemudaan bertajuk “Eksistensi Politik Pemuda (Pilkada 2024) Untuk Siapa?” bersama Hutama Budi , Ketua KNPI Kota Malang dan Alim Mustofa, Ketua Bawaslu Kota Malang. Menurutnya, negeri kita telah terkonstruksi dari sisi nilai hingga kerangka berpikirnya.
“Oleh karena itu, kita tidak dapat menyalahkan dampak praktik (realitas) yang terjadi akibat buah dari nilai dan kerangka berfikir tersebut. Ia memperkuat dengan adanya beberapa tipe intelektual yaitu intelektual brutus, keledai, egosentris dan intelektual profetik,” tuturnya pada Senin malam (17/1/2022) di Pan Java Mulyoagung, Malang, Jawa Timur.

Ia pun mempertanyakan bagaimana idealnya, pemuda menentukan pilihan, merawat idealisme, dan membangun kesadaran berpolitik. Berkaca di Pilkada sebelum-sebelumnya, pemuda kerap hanya dimanfaatkan. Idealisme kerap terkontaminasi kekuasaan. Hal itu membenarkan ungkapan ‘idealisme adalah berbicara kemewahan pemuda’.
“Dengan meminjam ungkapan dari Sang Guru Bangsa H.O.S Tjokroaminoto, bahwa tidak dikatakan muslim sejati jika masih tunduk dan takluk pada makhluk selain Allah SWT,” tegas pemuda asal Sulawesi itu.
Hutama Budi selaku Ketua KNPI Kota Malang, menjelaskan bahwa gadget sebagai media komunikasi seharusnya dapat memperkuat relasi konsolidasi antar pemuda.
“Generasi milenial (generasi X & Y) adalah generasi transisi yang seharusnya mampu menjembatani kaum tua dan kaum muda karena generasi ini mengalami masa peralihan media informasi dan komunikasi. Sehingga dominasi kategori pemuda yang asik dengan dirinya (berorientasi pada diri sendiri) dapat diminimalisir,” terangnya. (Susianto/Red)