Pegiat Sejarah Tulungagung Akui Keunikan Buku Gayatri Akuntan Majapahit

KORANPENELEH.ID- Buku dengan Judul “Gayatri : Akuntan Majapahit” berhasil memukau Bambang Kardjono. Seorang pegiat sejarah asal Tulungagung. Menurutnya,  buku ini memakai sudut pandang baru dalam merefleksikan Sosok Gayatri.

“Saya telah banyak menemukan dan membaca yang membahas tentang Gayatri, akan tetapi sangat asing ketika sosok Gayatri disebut dengan seorang akuntan. Kemudian saya menemukan jawaban tersebut dalam buku ini, yang mana istilah akuntan memiliki makna yang lebih luas dari yang kita ketahui selama ini,” ujarnya dalam acara bedah buku yang dilaksanakan di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung (10/11/2021).

Peradaban Majapahit sudah sangat maju pada zamannya. “Jika dibandingan dengan zaman seperti sekarang ini, peradaban Majapahit tidak kalah hebat. Mulai dari penataan ruang, pertanian, pengelolaan pajak, gudang pangan, dan lain-lain. Hal itu semua terjawab dalam buku yang ditulis oleh Mbak Vrida ini. Kemudian sosok yang berperan penting di belakang itu adalah Gayatri,” sambung Bambang Kardjono.

Novrida Q. Lutfillah selaku penulis buku begitu gamblang memaparkan isi buku sekaligus alasan yang membuatnya tertarik untuk menulis buku tersebut. Penulis yang tak lain adalah seorang akuntan, memilih untuk menuliskan sebuah buku akuntansi yang isinya bukan hanya teori saja tetapi dibalut dengan perspektif sejarah, yakni menampilkan nilai-nilai dari Majapahit.

Sejarah menurut penulis begitu penting karena selain berbicara terkait alur peristiwa, tahun, kejadian yang terjadi, pembahasan yang urgen diambil adalah pengulangan sejarah dan peradaban.

“Indonesia itu peradabannya tinggi. Itu yang membawa saya dengan akuntansi dengan kaca mata yang berbeda. Dan saya membawanya pada budaya Indonesia khususnya di Jawa, yaitu Majapahit,” jelas Novrida.

Selain menjabarkan soal akuntansi, Gayatri di masanya juga merupakan tokoh wanita yang berdikari pada masanya.

“Di Zaman Majapahit juga sudah ada perempuan yang sifatnya bisa memegang pemerintahan tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita, gitu, ya,” jelas Nofrida. (Ulum/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *