
KORANPENELEH.ID, SUMBAWA- Arijanto, seorang praktisi pengembangan masyarakat mengungkapkan optimisme mewujudkan desa yang gemah ripah loh jinawi. Wujud pemikirannya itu ia bubuhkan dalam sebuah buku berjudul "Nandur Ngunduh: dari Pemikiran ke Aksi Perubahan". Optimisme itu ia tujukan kepada seluruh masyarakat terutama kepada Kepala Desa Batu Tering dalam Diskusi Publik yang diadakan Aktivis Peneleh Regional Sumbawa, Minggu (22/8/2021).
"Presentasi beliau perlu disarikan khusus untuk para pemuda, tokoh formal dan informal desa, yang mudah dimengerti. Agar mimpi Pak Kades menjadi impian semua penduduk. Akses terhadap lahan pertanian dan peternakan bagi penduduk yang tidak mempunyai lahan bisa jadi agenda di musyawarah desa, untuk mencari solusi," jelasnya.
Alwan Hidayat, dalam kesempatan yang sama menyampaikan berbagai potensi Desa Batu Tering, di antaranya yaitu bidang pertanian, peternakan dan pariwisata. Selain itu, Batu Tering juga memiliki nilai sejarah yang luar biasa karena Batu Tering diyakini sebagai salah satu bagian besar dari perkembangan peradaban seperti ditulis Lalu Manca di bukunya "Sumbawa Tempoe Doeloe".
"Selain itu, ada juga Liang Petang yang dimana menurut TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, dalam bukunya yang berjudul "Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru" bait ke 38 dan 39 menjelaskan bahwa: Di Liang Petang di Moyo Hulu ada tujuh mubaligh dimakamkan di sana, yaitu penyebar Islam zaman dahulu dan awal terbuka daerah Dompu. Di antaranya yaitu: Ali Fatah Badawi, Harun Zain Abu Bakar Husni, Firdaus 'Imran Aalu Syahabi, dan Amir Hajjaj Muhammad Ali Akbari," paparnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga memberikan beberapa saran kepada Alwan Hidayat, Kepala Desa Batu Taring untuk menghidupkan Usaha Kecil Menengah (UKM) salah satunya dengan memberdayakan ibu-ibu dan membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). "Langkah awalnya bisa dimulai dengan membangun data base dahulu." terang laki-laki yang juga menjadi pengembang masyarakat di beberapa negara lain seperti Mesir dan Sudan ini.
Alwan Hidayat berterima kasih atas masukan yang diberikan kepadanya. "Buku Nandur Ngunduh karangan ayahanda Arijanto saya rasa harus menjadi pegangan untuk mewujudkan pemerintahan desa yang diinginkan," tutup Alwan. (Red)