Halusinasi Pemerintah dalam Menuju Indonesia Emas

M. Saiful

Cerita pandemi masih berlanjut. Memaksa banyak sektor menunda diri untuk beraktivitas normal. Penat, bosan, dan jenuh, menjadi kata yang tidak kabur dari kolom komentar media sosial.

Satu tahun lebih pandemi benar-benar menyiksa. Tak terkecuali menyiksa pendidikan Indonesia.

Pada awalnya, terpilihnya Mas Nadiem menjadi Menteri menjadi harapan untuk dapat memperbaiki sistem pendidikan Indonesia yang kacau. Belum juga sempat diperbaiki, malah tertambah angin nestapa corona. Kira-kira mau diapakan oleh Mas Nadiem? begitu pikirku saat awal pandemi.

Fenomena tersebut direspon Mas Nadiem dengan menutup sekolah dan menggantikannya ke ruang online seperti Zoom, Google meeting dan sebagainya. Ruang-ruang belajar yang biasa dilakukan tatap muka pun dirubah menjadi tatap layar kaca. Perubahan yang benar-benar memaksa para pembelajar untuk berselancar di era 4.0.

Sudah pasti, belajar online tidak sama rasanya dengan belajar tatap muka. Nilai dan ilmu tidak banyak yang bisa diserap, apalagi karakter.

Oke, pemindahan belajar tatap muka keruang online memang ditujukan untuk meminimalisir penyebaran virus. Namun, jika melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, emangnya mereka serius menanganinya?. Nyatanya, mall dan pasar diijinkan berbuka. Sedangkan para pembelajar yang notabene generasi penerus bangsa dilupakan begitu saja. Ini menjadi bukti jika generasi emas hanyalah halusinasi pemerintah. Sudah bisa dibayangkan, akan menjadi apa tiang-tiang generasi negeri kita.

Bisa dikatakan, pemerintah sedang lupa akan generasi muda. Pemerintah sudah lupa akan visinya dalam menuju Indonesia emas. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *