KORANPENELEH.ID, Malang- Dalam acara Bincang Tokoh yang diadakan oleh Yayasan Peneleh Jang Oetama, Dr. Aji Dedi Mulawarman selaku pemantik mengungkapkan kegelisahannya terkait berbagai permasalahan bangsa (13/6/2021). Menurutnya, solusi dari seluruh permasalahan ini adalah teori Cultural Drift.
Cultural Drift adalah antitesis dari Institutional Drift, yang menurutnya telah terbukti runtuh, setelah manusia menjadi makin liar degan keinginannya menjadi Tuhan di dunia. “Kita sedang mengalami disrupsi global, bukan oleh kuasa AI dan IT, tetapi karena kegagalan mengendalikan alam dan sains itu sendiri.
Dalam pemaparannya, Dr. Aji menjelaskan, “Kita harus keluar dari tesis Institutional Drift ala Acemoglu dan Robinson tersebut, karena pada dasarnya kekuatan Cultural Drift sebenarnya lebih dahsyat menjadi pengubah sekaligus pemicu munculnya negeri dan pemimpin yang memiliki moralitas peradaban.”
Contoh Cultural Drift yang telah terbukti lebih kuat telah terjadi di masa lalu, seperti kemunculan peradaban Islam yang telah ada sejak sebelum 624 M dan mencapai puncaknya tahun 1324 M hingga 1924 M. Sedangkan peradaban barat yang berbasis Institutional Drift rata-rata hanya berumur 300-500 tahun. “Mereka (Barat) sedang mengalami kolaps seperti yang kita lihat,” lanjutnya.
Pemaparan diawali dengan kondisi ekonomi dan politik Indonesia, utamanya perihal membaca adanya the New Silk Road (Jalur Sutra Baru) yang berbasis di Asia dan Timur Tengah, termasuk Indonesia, lalu berlanjut hingga penjelasan tentang realitas dunia, yang mana China telah menguasai ¾ ekonomi dunia, padahal pada tahun 97 Amerika Serikatlah yang berjaya.
Dialog yang dilaksanakan secara luring dan daring ini diikuti lebih dari 7O mahasiswa dan umum dari berbagai organisasi, diantaranya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Raden As’ad Syamsul Arifin Malang, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Fastcho, IMM Komisariat Tamaddun, IMM Komisariat Aufklarung, IMM Komisariat Supermasi, IMM Komisariat Restorasi, Komite Kader Hijau Muhammadiyah Malang, Aliansi Mahasiswa Maluku (Al-Mulk), dan Himpunan Mahasiswa Kangean (HAMKA).
Di akhir acara, Dr. Aji berpesan pada pemuda bahwa membaca Indonesia hanya bisa dilakukan dengan akal sehat. “Demo kok ‘Covid turunkan UKT’, sejak mahasiswa saja sudah begitu. Kalau kita tidak punya mental kemandirian, selesai sudah. Seharusnya, ‘sini tak bayarin, dari apa? Jualan sabun (salah satu aksi kemandirian yang telah dilakukan Peneleh). Seharusnya kan seperti itu,” pungkasnya. (Mel/Red)