Aktivis Peneleh Regional Sumbawa menyelenggarakan kegiatan Webinar Ngaji Sejarah dan Budaya Samawa yang bertemakan Bedah Buku “Saat Kekayaan Serupa Bintang” (Studi Etnografis Pada Istana Dalam Loka)” karangan pengurus Yayasan Peneleh Jang Oetama (YPJO) Kabupaten Sumbawa, Sudrajat Marthadinata, M.SA., Minggu (09/05) pagi.
Kegiatan perdana Aktivis Peneleh Regional Sumbawa ini dihadiri oleh Sultan Sumbawa PYM Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddun IV, Bupati Sumbawa yang diwakili Plt Asisten pemerintahan dan Kesra Kabupaten Sumbawa, Bapak Ir. H. Zulkifli, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, H Hasanuddin, S.Pd., Ketua MUI Kabupaten Sumbawa, Syukri Rahmat, S.Ag., yang juga sebagai koordinator YPJO Kabupaten Sumbawa, Sudrajat Marthadinata, M.SA., penulis buku Saat Kekayaan Serupa Bintang, juga sebagai pengurus YPJO Kabupaten Sumbawa. Selain itu hadir juga Dea Guru Haji Faizal Salim, tokoh kebudayaan Sumbawa, Dr. Saleh Ending, Rektor STKIP Hamzanwadi, Iwan Jazadi serta Dewan Pembina dan Ketua YPJO pusat, Bapak Dr. Aji Dedi Mulawaman, dan Ibu Dr. Ari Kamayanti, serta peserta dari berbagai kalangan akademisi, budayawan, mahasiswa dan umum.
Dalam sambutannya, Syukri Rahmat, S.Ag., menyampaikan bahwa Peneleh merupakan salah satu organisasi yang tidak pernah berhenti dalam bergerak bahkan di tengah pandemi sekalipun. “Bisa jadi ini karena berkah sang Guru Bangsa H.O.S. Tjokroaminoto,” terangnya.
Sambungnya, bahwa sebagaimana dipahami secara bersama-sama bahwa para tokoh-tokoh bangsa seperti K.H. Wahab Hasbullah, K.H. Ahmad Dahlan, H Agus Salim, Asmuni, Hamka, dll semuanya berkumpul dan berdiskusi di rumah pak Cokro gang Peneleh 07 Surabaya dan dari diskusi inilah sejatinya cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia mulai dikumandangkan.
Hanya saja katanya, sejarah sampai hari ini kurang fair. “Pak Tjokro hanya dipahami sebagai sosok yang seakan-akan beraliran kiri padahal kalau kita tuntas membaca sejarah dan pikiran beliau, terutama buku beliau yang berjudul memeriksai alam kebenaran, beliau sebenarnya adalah seorang sosok yang makrifat,” ungkapnya.
Terkhusus tentang Istana Dalam Loka, disebutnya bahwa istana tua ini menjadi simbol kekayaan budaya dan spiritualitas Tau dan Tana Samawa. Sementara itu, Bupati Sumbawa sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh Aktivis Peneleh Regional Sumbawa. Menurutnya bahwa apa yang menjadi hajat dari kegiatan ini sejalan dengan visi besar pemerintahan sekarang yaitu ingin mewujudkan Sumbawa Gemilang yang berkeadaban.
Sementara itu, PYM Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV dalam pengantarnya menyampaikan bahwa sangat mengapresiasi penulis muda Sumbawa yang mengangkat tulisan tentang Istana Dalam Loka melalui studi etnografis. Lebih daripada itu, YM Sultan menjelaskan bahwa pada masa kesultanan dalam perjanjiannya saat pasukan Makasar datang ke Sumbawa, Sultan menerima sepenuhnya agama islam dengan persyaratan bahwa adat dan rapang Samawa tak boleh diusik.
“Saya menggaris bawahi bahwa dalam menafaki sejarah kita kedepan Tau dan Tana Samawa, mempunyai pegangan, cara-cara bertindak untuk mencapai tujuan tentunya dengan berpegang teguh secara filosofis akan adat istiadat kita yang berpegang tegus pada syara’ dan syara’ berpegang teguh pada kitabullah. Dalam perjalanannya kita dipagari, diingatkan, diselaraskan dengan Katakit ko nene’ Kangila boat lenge,” jelasnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud Sumbawa, H. Hasanuddin S.Pd., menyampaikan bahwa bangunan Istana Dalam Loka yang tetap berdiri kokoh dan penuh wibawa, bukan hanya bangunan kayu biasa. Padanya melekat kesejatian diri Tau ke Tana Samawa. Istana Dalam Loka adalah perlambang ketauhidan bagi Tau ke Tana Samawa, dan merupakan implementasi kontinuitas dari falsafah budaya adat barenti ko syara’, syara’ barenti ko kitabullah dan merupakan cita-cita luhur guna mencapai kerik salamat Tau ke Tana Samawa yang terwujud dalam sikap katakit ko nene’ kangila boat lenge. Senada dengan ini Sudraja Marthadinata menyampaikan bahwa Istana Dalam Loka kaya akan makna filosofis. Mulai dari dua atap sebagai simbol dua kalimat Syahadat hingga tiang yang berjumlah 99 sebagai simbol asma Allah dan masih banyak lagi makna tersembunyi pada Istana Dalam Loka. Bahwa dari hasil penelitian yang di adakan di Istana Dalam Loka, mendapati makna filosofis yang begitu besar yaitu terdapat dalam Istana tersebut. “Bahwa kekayaan itu TAMPAK seperti bintang. Tampak merupakan singkatan dari Tuhan, Alam, Manusia, Pengetahuan dan Kesejahteraan,” urainya. (Red)