Kita sudah menyadari dan menyepakati bahwa Hari Pendidikan Nasional Republik Indonesia (HARDIKNAS RI) selalu diperingati pada tanggal 2 Mei, lantas masihkah ada girah (semangat) untuk mengamalkannya? Sebenarnya, diperingati pada setiap tanggal 2 mei atas dasar memperingati milad Ki Hajar Dewantara (KHD).
Pemerintah dengan hal tersebut jelas ingin menyematkan girah yang dicitakan oleh KHD. Cita-citanya ialah Bangsa Indonesia sanggup melahirkan pribadi yang mempunyai kesadaran secara lahir maupun batin menuju manusia bersifat perikemanusiaan yang berdasarkan kerakyatan. Dari kalimat tersebut, KHD berkaca dan menyimpulkan bahwasanya pendidikan mampu mengubah karakter bangsa untuk menjadi bangsa yang mempunyai derajat yang tinggi dan sejajar dengan bangsa lain.
Kenyataanya, kita (pemuda) masih berkutat pada hal yang masih dibilang remeh temeh. Getol menyuarakan kesatuan tapi berkedok kolaborasi, menggapai sukses berlandaskan materi. Kadang saya sendiri men-tadabbur–i, cita-cita seperti apa sih yang diinginkan? Kemana sih sebenarnya arah gerak yang diinginkan bapak/ibu pemimpin kita? Yang jadi titik fokus saya ialah apa, bukan siapa! Bukan lagi waktunya untuk saling menyalahkan. Ideologi kita sudah amat sangat bagus yaitu Pancasila, dimana sila ketiga sudah jelas mengatakan persatuan, bukan individual atau kelompok yang hanya menayalahkan individu atau kelompok lain.
Faktanya, Indonesia sekarang mencoba melakukan program yang dicanangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Dari informasi yang saya sadur dari media massa online menyebutkan bahwa, Peraturan Presiden nomor 59 tahun 2017 menunjukkan komitmen negara dan seluruh elemen bangsa melaksanakan SDGs. Sesuai peraturan itu, presiden sebagai kepala negara juga memimpin sendiri pelaksanaan SDGs secara inklusif. Sehingga mau tidak mau, pendidikan Indonesia pun harus menyerap nilai-nilai yang dibawa SDGs. Pertanyaannya, apakah SDGs sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau cita-cita yang dibawa oleh KHD?
Jadi, masih perlukah kita memperingati HARDIKNAS RI? Masih perlukah menyebar “quote” yang menyatakan hal tersebut, tetapi ruhnya sudah terpisah bak air dan minyak? KHD berdo’a dalam triloginya yaitu ing ngarso sung tulodo (yang didepan memberi teladan), ing madyo mangun karso (yang di tengah membangun keinginan), dan tut wuri handayani (yang dibelakang memberi dorongan). (Asep/Red)