Oleh : Jahe
Romadhon bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah swt. Romadhon dihadirkan oleh Allah swt sekaligus menjadi 30 hari gembelengan manusia agar menjadi insan paripurna (taqwa). Sebagaimana disebut Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 183:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)
Taqwa bagi saya pribadi tidak sekedar berbicara tentang kualitas keimanan individu kepada Allah swt. Tidak hanya berbicara sholat, puasa dan hubungan lain dengan Allah (ibadah mahdhoh). Taqwa juga berbicara jauh tentang ke sholehan sosial.
Sehingga romadhon hadir selain menjadi tempat menempa diri juga sebagai tempat mengasah kesholehan sosial seseorang.
Lapar tidak hanya mengajarkan kesabaran menunggu adzan maghrib dikumandangkan, namun mengajarkan kepedulian sosial. Lapar sebagai simbol kesenjangan sosial, ketidak adilan dan diskriminasi. Sebagai orang beriman, kita memiliki kewajiban untuk melawan semua kebatilan, menolong kaum mustadh’afin.
Dalam bernegara, kita menyaksikan banyak kesenjangan yang terjadi di akar rumput. Sebagai aktivis mahasiswa atau aktivis pemuda, menjadi kewajiban kita untuk terus bergerak melawan ketidakadilan dan menciptakan keadilan dan kesejahteraan bersama. Dengan cinta dan kasih kita mampu bergerak menciptakan peradaban ideal. Karena agama adalah cinta dan Tuhan ialah Maha Cinta.
Zakat fitrah dalam bulan romadhon sebagai simbol kepedulian kita kepada orang lain. Maka dalam keseharian, kepedulian sosial ini harus terus dirawat dan dijaga.
Sebagaimana Rasulullah dalam gambaran Khadijah, “Engkau baik hati dan penuh perhatian pada keluargamu. Engkau bantu orang miskin dan kau angkat beban mereka. Dirimu bekerja keras untuk mengembalikan moralitas yang tinggi yang telah hilang darı orang-orangmu. Engkau menghormati tamu dan segera membantu mereka yang mengalami kesulitan. Tidak mungkin Tuhan menjadikanmu kahin, sayangku”, ungkap Khadijah.
Jadi, dalam tiap dimensi kehidupan, Rasul berdakwah dengan tindakan konkret. Maka, dalam bulan suci ini, baiknya menjadi wadah untuk memperbaiki kualitas kasholehan diri dan kasholehan sosial. Terutama gerakan-gerakan di organisasi harus terus berinovasi menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat di akar rumput. Sebagai insan aktivis kita jangan terlalu lekat dengan kekuasaan, namun harus jauh lebih lekat dengan masyarakat “akar rumput”.