Aktivis Peneleh Regional Sumenep menggandeng organisasi lintas sektor dalam Diskusi Hari Kartini pada Sabtu (24/04/2021). Diskusi tersebut diangkat untuk memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April.
“Hari Kartini ini diambil dari hari lahir RA Kartini pada 21 April 1879 di Jepara dari pasangan Raden Mas Adipati Sosroningrat dan Ngasirah,” tutur Syafii Rofiq, selaku Koordinator Aktivis Peneleh Sumenep.
Diskusi bertema “Kartini Masa Kini: Bagaimana Perempuan Indonesia dalam Ranah Rumah Tangga dan Karier” tersebut menghadirkan berbagai perspektif dari para pembicara yang dihadirkan. Mereka terdiri dari perwakilan Aktivis Peneleh Regional Surabaya (Nafi Fatimah), Kolektif Meraki (Capelle Fitria Soeprijono), dan Aktivis Peneleh Regional Kediri (Diah Ayu Septi Fauzi). Tak luput, acara tersebut dimoderatori oleh Aktivis Peneleh Regional Salatiga, Yosefera Zico Darma Putri.
Berbagai perspektif ini disambut baik oleh Dwi Febriana, salah seorang partisipan pada diskusi tersebut. “Saya merasa beruntung bisa bergabung dalam diskusi kemarin, karena semua narasumber yang datang dari berbagai latar belakang memaparkan dengan berbagai macam warna menurutnya, namun satu goal pembahasan selaras,” tuturnya.
Pembahasan yang diusung dalam acara tersebut, tak lepas dari pandangan Kartini mengenai kritiknya akan pendidikan. Kritik inilah yang dihadirkan oleh para pembicara untuk mencari titik temu antara masa dahulu di mana Kartini hidup dan di masa sekarang. Khususnya menyikapi persoalan bagi wanita untuk memilih berkarier atau berumah tangga, sebagaimana yang menjadi pokok pada tema acara.
Diskusi tersebut menekankan bahwa, pendidikan merupakan kunci bagi wanita. Baik ia bergerak dalam ranah rumah tangga maupun berkarier.
Hal ini sebagaimana dijabarkan Nafi Fatimah, bahwa menjadi ibu rumah tangga dan yang pada akhirnya menjadi wanita karier harus ada yang dipersiapkan terlebih dahulu yakni dari sektor pendidikan untuk wanita nya. Agar kelak ketika menjadi seorang ibu dia tidak meninggalkan kewajiban nya sebagai seorang Ibu yang dimana dia adalah madrasah utama untuk anak-anaknya. Selain itu ketika dia berkarier pun dia faham akan apa tanggung jawab dan risiko yang dia pilih.
Rofiq, selaku penyelenggara berharap, agar diskusi ini dapat memberikan pandangan kepada peserta terkait menciptakan kehidupan yang seimbang.
“Bagaimana dalam melakukan kehidupan agar seimbang menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir,” terangnya.
Hal selaras juga disampaikan oleh salah seorang pemateri, yakni Nafi Fatimah. Ia berharap agar perempuan masa kini tidak dibingungkan untuk memilih antara menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga. (Wita/Red)