Pandemi Covid-19 telah melemahkan sektor ekonomi. Ditandai dengan PHK masal dan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Setahun berselang, tentu tidak boleh pasrah akan keadaan. Hal inilah yang mendorong Eka (23), warga Plumbungan, Sukodono membuka angkringan yang dimodali Dyah.
Usaha dengan nama “Angkringan Sudi Mampir” ini, diresmikan 28 Maret 2021. Memanfaatkan halaman rumah Dyah, di situlah mereka beroperasi. Alasan Eka membuka angkringan dikarenakan ia mengaku sering mencicipiangkringan di sana-sini dan akhirnya membuka angkringan sendiri.
Usaha yang terletak di perkampungan ini, menjadi alasan lain pendirian angkringan. “Kalau bikin kafe, makanannya itu mahal, minimal sepuluh ribu. Makanya kita kepingin buat angkringan tapi konsep kafe, jadi makanannya nggak terlalu mahal, tengah-tengah, bisa dinikmati semua kalangan, mulai anak kecil, anak sekolah, sampai orang dewasa,” tuturnya.
Selain bernuansa kafe, Sudi Mampir berbeda dari angkringan lainnya. Tentu, menjual bakaran. Hanya saja, bumbunya digarap matang, tidak asal dibakar. Selain itu, di sana juga menyediakan menu seblak. Lala (12) berkata, “Beli seblak di sini, soalnya dekat dari rumah. Kalau dulu di pinggir kali (Aliran Kali Porong, Sukodono).” Seblak tersebut dahulunya merupakan bisnis pribadi Eka. Ia berharap pelanggan seblaknya yang sudah terbangun, tetap dapat menikmati hidangan itu beserta aneka bakaran di Angkringan Sudi Mampir. (Wira/Red)