
Gempabumi baru saja mengguncang Kabupaten Malang dan sekitarnya pukul 14.00 WIB kemarin (10/4/2021). Kejadian ini kembali mengingatkan kita akan potensi bencana alam ini terjadi di wilayah Indonesia. Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia, yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik menyebabkan pulau-pulau di sekitar pertemuan 3 lempeng itu kerap terjadi gempabumi.
Selain itu, gempabumi juga bisa disebabkan oleh aktivitas gunung berapi. Namun, umumnya gempa jenis ini lebih awal terdeteksi dan akhirnya dapat diantisipasi. Berbeda dengan gempa bumi tektonik yang selalu datang mendadak. Bahkan, gempa jenis ini dapat berpotensi menimbulkan tsunami.
Dikutip dari kompas.com, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Selama bulan Januari, di Indonesia tercatat telah terjadi peningkatan aktivitas gempa sebanyak 646 kali.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly dalam keterangan tertulisnya mengatakan, aktivitas gempa tektonik tersebut terjadi dalam berbagai magnitudo dan kedalaman.
Masih segar di ingatan kita, gempa yang menimpa Mamuju dan Majene Sulawesi Barat yang menyebabkan 105 orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak, dengan magnitudo 5,9 dan 6,2 pada 14 dan 15 Januari kemarin. Lalu, hari ini kepala pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setyo Prayitno dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan, episenter gempa bumi ini berada di koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT. Tepatnya di laut pada jarak 96 km ke arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 km.
Walaupun gempa yang baru saja terjadi di bagian selatan Kabupaten Malang itu tidak berpotensi menyebabkan tsunami, tetap saja banyak menyebabkan kerusakan bangunan. Menurut Gayatri seorang ahli geologi dari Universitas Gajah Mada (UGM), gempa ini tidak menyebabkan tsunami. Karena, kedalaman pusat gempa cukup dalam dan kekuatan gempa tidak cukup besar untuk menyebabkan robekan di dasar laut yang signifikan dan bisa mengganggu tubuh air.
Menilik bertapa seringnya dan beresikonya bencana gempabumi terjadi di Indonesia, pantasnya kita memang dituntut untuk senantiasa waspada namun jangan panik. Sadly kembali menegaskan, mitigasi nyata yang bisa kita lakukan yaitu membangun rumah tahan gempa, menata ruang pantai yang aman tsunami, belajar cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami, memahami evakuasi mandiri saat tsunami, dan meningkatkan kemampuan dalam merespon peringatan dini.
Berbekal pengetahuan yang mumpuni perihal mitigasi bencana. Diharapkan masyarakat tidak panik dan dapat mengatasi segala kemungkinan yang terjadi, saat terjadi bencana maupun selepasnya. Karena, gempa dan tsunami adalah kehendak yang Maha Esa, namun yakinlah kita bisa mengurangi resiko bencana dengan berbekal pengetahuan dan ketenangan. (Meilinda/Red)