A.M. Sangadji Jago Toea dari Maluku untuk Indonesia

Oleh : Mony Kamil

Ketika duduk di bangku sekolah dasar salah satu mata pelajaran yang paling saya minati saat itu adalah pendidikan sejarah perjuangan bangsa (PSPB). Kakek saya Muhammad Sangadji dan ayahanda Sam Habib Mony seringkali di waktu senggang menceritakan kisah perjuangan dan ketokohan kakek buyut A.M. Sangadji merintis Indonesia Merdeka bersama H.O.S. Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim dalam wadah berhimpun Nasional Kebangsaan Sarekat Islam.

Ada kebanggaan luar biasa yang saya rasakan saat mengetahui kakek buyut A.M. Sangadji memiliki peranan signifikan dalam upaya menuju kemerdekaan Republik Indonesia. Sekaligus mempertanyakan, jika demikian hebat perjuangan beliau kenapa foto A.M. Sangadji sama sekali tidak dipajang di dinding-dinding ruangan kelas dan mengapa guru sejarah tidak pernah menyinggung sedikitpun terkait pergerakan perjuangan beliau di masa itu dalam menentang imprealisme penjajah.

Berangkat dari hal inilah, kemudian membuat saya tergerak untuk mempelajari, menelaah, menggali, sejauh mana Jago Toea A.M. Sangadji berkontribusi pada Republik dalam rangka menjelaskan ke hadapan publik, memberikan edukasi dan pemahaman kepada generasi muda milenial bahwasanya orang Maluku selain Kapitan Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Srikandi Monia Latuwariainyai, Said Perintah, Philip Latumahina, Leimena dan masih banyak tokoh-tokoh asal Maluku lainnya.

Berikut ini kami akan mencoba mengulas tuntas derap langkah perjuangan A.M. Sangadji dalam pusaran sejarah bangsa yang diolah dari berbagai sumber.

A.M. Sangadji Presiden Ladjnah Tanfidziah (eksekutif komite) Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) mengadakan perjalanan ke Sulawesi untuk kepentingan partai. Ketika beliau tiba di Manado tanggal 31 Mei 1932, S.I.A.P. bersama-sama dengan barisan-barisan pandu yang lain, telah siap berbaris untuk menyambut dan memberi hormat, tetapi barisan pandu-pandu itu terpaksa dibubarkan sebab larangan dari Controleur Manado. Openbare Vergradering Ladjnah Afdeeling PSII Manado pada tanggal 5 juni 1932, dimana A.M. Sangadji berpidato panjang lebar, berlangsung dengan baik. Tetapi, openbare vergradering Kepanduan S. I. A. P.  dihalangi oleh pihak yang berwajib (Amelz, 1952).

Andi Makkasau Parenrengi Lawawo (1898-1947) Raja dari Kerajaan Suppa ini termasuk penguasa lokal yang pertama kali menyatakan kesetiaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanggal 12 September 1945, Bendera Merah Putih dikibarkan di lapangan Labukkang, Suppa. Ia juga ikut membuat Deklarasi Jongaya pada 15 Oktober 1945, yang menyatakan mendukung Indonesia Merdeka. Kerajaan Suppa berwilayah di Kota Pare-Pare sekarang. Di daerah kekuasaannya, Andi Makassau pernah membentuk badan organisasi penunjang kemerdekaan Indonesia dan cabang Partai Sarekat Islam Indonesia dan Partai Nasional Indonesia. Ia pernah mengundang Tokoh Nasional seperti Buya Hamka, A.M. Sangadji, Haji Agus Salim, dan H.O.S. Tjokroaminoto ke Suppa untuk memberikan pendidikan politik kepada rakyatnya (Okezone.com).

Dalam buku Sisi Lain Syarikat Islam di Sulawesi Utara periode 1920-1950 (Mokodensoho), gerakan pendidikan yang dilakukan Sarekat Islam Bolaang Mongondow meskipun belum berbadan hukum sebagai organisasi yang resmi, sudah dimulai sejak tahun 1923. Pengurus Sarekat Islam Pusat membuat kongres di Manado, namun bukan kongres nasional secara umum wilayah Indonesia, melainkan semacam kongres wilayah. Tjokroaminoto menamakan kongres nasional untuk Provinsi Sulawesi itu dengan nama Nationale Propinciale Celebes Congres. Kongres tersebut dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto, A.M. Sangadji,  dan Hajjah Oemar Said Tjokroaminoto (Ketua Wanita PSII Pusat). Peserta kongres ini dihadiri oleh seluruh golongan dan lapisan masyarakat yang datang dari daerah Minahasa dan sekitarnya.

Perlakuan pemerintah pendudukan Jepang terhadap bangsa Indonesia, pada umumnya dapat dikatakan baik. Di Samarinda rakyat diizinkan mengibarkan bendera Merah Putih disamping bendera Hinomaru. Mereka juga diperbolehkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. tetapi menjelang tahun 1943, pengibaran bendera Merah Putih dan memperdengarkan lagu Indonesia Raya itu dilarang. Disamping itu, perlakuan tentara Jepang terhadap penduduk berbalik menjadi keras, hal tersebut terjadi karena semakin terdesaknya Jepang dalam peperangan sehingga satu demi satu daerah yang pernah direbut dan didudukinya, direbut kembali oleh tentara sekutu.

Bahkan, saat Jepang masih jaya-jayanya hampir 20 orang tokoh pergerakan di Samarinda termasuk A.M. Sangadji (Seorang tokoh pergerakan kaliber nasional seangkatan dengan Tjokroaminoto dan H.A. Salim) ditangkap dan ditahan oleh tentara pendudukan Jepang. 

Padahal kira-kira sebulan sebelumnya, A.M. Sangadji dan kawan-kawannya menyelenggarakan rapat raksasa di sebuah lapangan  sepak bola di Samarinda untuk menyambut kemenangan Jepang, dan menyatakan kesediannya bekerjasama dengan Jepang. Pembicara utamanya A.M. Sangadji. 

Di sekitar lapangan tersebut berpancangan bendera Jepang dan bendera Merah Putih yang berselang-seling melambangkan kerjasama dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan disamping lagu kebangsaan Jepang  Kimigayo, dengan semangat yang menggelora.

Dalam pidatonya dikemukakan oleh A.M. Sangadji, “Terima kasih Dai Nippon yang telah berhasil membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda, dan selanjutnya akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.”

Dalam tahun 1944 di Kalimantan Timur, Jepang membutuhkan pemuda-pemuda Indonesia untuk dilatih menjadi Heiho, yang dikatakannya sebagai Prajurit Pembebasan Tanah Air.  Untuk keperluan ini, Jepang mempergunakan seorang pemimpin Indonesia yang terkemuka, agar pemuda -pemuda Kalimantan Timur bersedia menjadi Heiho dengan sukarela. Pimpinan yang dimaksud ini ialah A.M. Sangadji yang besar pengaruhnya di Samarinda dan sekitarnya. Karena, selama di daerah ini ia mendidik banyak kader di kalangan pemuda. Disamping itu, A.M. Sangadji terkenal juga sebagai seorang pembicara ulung. Keahliannya dalam berpidato itu, dapat memukau orang-orang yang mendengarnya.

A.M. Sangadji memenuhi permintaan Jepang menarik para pemuda menjadi Prajurit Pembela Tanah Air (PETA) tetapi bukan untuk membantu Jepang dalam peperangan, melainkan mempergunakan kesempatan tersebut sebagai latihan dalam mempergunakan alat-alat persenjataan perang. 

Karena pidato-pidato dari A.M. Sangadji ini, di Samarinda beberapa pemuda mendaftarkan diri menjadi Heiho, mereka dikirim ke Balikpapan untuk diberikan latihan kemiliteran, dan selanjutnya ditugaskan di beberapa obyek pertahanan di kota tersebut.

Tetapi, sesudah angkatan udara sekutu melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kota Balikpapan dan menyebabkan hancurnya pertahanan Jepang, sebagian besar Heiho yang berasal dari Samarinda berjalan kaki menuju Samarinda dengan melintasi hutan. Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, umumnya mereka menjadi pejuang bersenjata dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan di daerah ini. 

Sementara itu, A.M. Sangadji dan beberapa tokoh pejuang lainnya  oleh Jepang diperintahkan mengungsi ke daerah pedalaman, dari Long Iram mereka jalan darat menuju Kalimantan Selatan. sampai di Puruk Cahu, A.M. Sangadji yang kemudian mengetahui situasi yang sebenarnya, yakni bahwa Indonesia sudah merdeka, menggabungkan diri dengan para pejuang di daerah itu. Di daerah ini dia ditawan oleh Belanda, kemudian dalam tahun 1946 dibawa ke Samarinda serta dimasukan dalam tahanan di kota ini. Sesudah beberapa lama ditahan di penjara, A.M. Sangadji dikirim ke Jawa oleh Belanda.

Sejarah mencatat bahwa A.M. Sangadji adalah tokoh pejuang kemerdekaan yang dimulai dari periode sejarah pergerakan nasional, periode revolusi kemerdekaan (revolusi fisik),  bersama-sama H.O.S. Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim. Mereka berjuang tanpa pamrih melawan penjajah Belanda dan melahirkan Negara Indonesia. Kedua rekannya telah lama ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Apakah A.M. Sangadji terlupakan? (Prof. Drs. J. A. Pattykaihatu, Sejarawan Maluku). 

Bersambung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *