Oleh: Ilman Muhtar
Mengapa saya mengambil judul seperti itu karena, pemuda zaman sekarang asing ketika mendengar kata “ZELFBESTUUR”, apalagi sosok pencetus kata yang membuat semua warga NUSANTARA gemetar dengan kata itu, yang memiliki sebuah gelar “RAJA JAWA TANPA MAHKOTA” yaitu PAK TJOKROAMINOTO (raden hadji oemar said tjokroaminoto), seseorang yang sejak kecil sudah merasakan dan melihat bangsa sendiri (pribumi), lahir di bakur, sawahan madiun 24 Agustus (1883), memiliki keturunan priyayi dan kyai, bertepatan gunung Krakatau meletus, serta konon kepercayaan dulu apabila ada seorang anak yang lahir akan menjadi seorang membawa Cahaya untuk menerangi negeri ini, dan terbukti bahwa HOS. TJOKROAMINOTO mendeklamasikan sebuah kata “ZELFBESTUUR”.
Ketika dijajah oleh bangsa lain diperbudak seperti kerbau untuk diperas tenaganya untuk kepentingan pribadi, tetapi melihat semua itu menjadi sebuah keinginan untuk membebaskan bangsanya sendiri dari jajahan pemerintahan kolonial belanda, karena kita berhak untuk MERDEKA, tanpa harus menjadi budak di negeri sendiri (pribumi), dan tidak menggunakan kekayaan sedikitpun dari dari harta pemerintah walaupun ia menikah dengan seorang putri susuhunan Pakubuwono III.
Kata ZELFBESTUUR (menghendaki pemerintahan sendiri) sangat sakral karena mengundang rakyat di penjuru nusantara untuk mendengarkan pidato dari seorang raja jawa tanpa mahkota,
Berikut kutipan pidato serta kata yang penting:
“Meskipun jiwa kita penuh dengan harapan yang besar, kita tidak pernah bermimpi tentang datangnya Ratu Adil. Atau kejadian yang bukan-bukan yang kenyataan tidak pernah terjadi. Tapi kita akan terus mengharapkan dengan ikhlas dan jujur akan datangnya status berdiri sendiri bagi Hindia benda……. Tuan-tuan jangan takut, bahawa kita dalam rapat ini berani mengucapkan perkataan ZELFBESTUUR atau pemerintahan Sendiri…….”
Pidato tersebut menjadi pemicu awal dari sebuah gerbang Merdeka, bangsa serta menjadikan sadar untuk munculnya gerakan massa akan penentuan nasib dan masa depan bangsa sendiri (pribumi) serta keinginan bebas dari pemerintahan kolonial belanda, hasil pemicu kesadaran tersebut dilihat dari keanggotaan dan cabang-cabang SI di daerah- daerah. Bulan juni tahun 1921 SI baru memiliki 2000 anggota, tetapi melonjak drastis menjadi 35.000, serta pada bulan agustus dan mencapai 40.000 pada bulan desember, tahun 1919 anggota mencapai 2.500.000, bertambah anggota dengan melonjak dratis ini merupakan gerakan kesadaran untuk bangsa sendiri (pribumi), simbol dari perlawanan bangsa sendiri (pribumi) terhadap pemerintahan kolonial belanda yang sangat bengis mengambil hasil bumi di negri orang dan mempekerjakan seenaknya tanpa imbalan yang setimpal.
Khususnya untuk kita sebagai kaum milenial agar bisa menjadi pelajaran, bahwa sejak dulu ada seorang lelaki yang telah berjuang untuk merebut negri ini dari orang yang licik, bengis, oleh karena itu sekarang mulai membaca tentang sejarah dahulu kita, mempertaruhkan nyawanya untuk negri ini karena mereka berpikir, bahwa negeri ini harus terus makmur tidak boleh sampai terjajah oleh kolonial belanda lagi, jangan sampai negeri kita ini digadaikan kepada orang-orang licik hanya memanfaatkan kekayaan bumi nusantara saja, kita adalah bangsa yang besar hal yang diungkapkan sendiri oleh HOS Tjokroaminoto:
“Kita mencintai bangsa kita dan dengan ajaran agama kita (Islam) kita berusaha sepenuhnya untuk mempersatukan seluruh atau sebagian terbesar bangsa kita.” (Nunu A hamijaya, 2019)
Bibliography
Nunu A hamijaya, F. L. K. R., 2019. Titik Nol: Kehendak Berpemerintahan Bendiri. Sumedang: Pusbangter (Pusat Kajian Pembangunan Karakter Anggota IKAPI).