Oleh: Hendra Jaya (Ketua I PMII Ya’qub Husein STIT UW Jombang, Aktivis Peneleh 6)
KORANPENELEH.OR.ID – Dewasa ini banyak organisasi baik agama, masyarakat, kemahasiswaan bahkan organisasi tingkat pelajar mengklaim diri sebagai ahlusunnah wal jamaah (aswaja). Walau nilai-nilai baik dalam bentuk amalan maupun aksi kongkrit jauh dari aswaja itu sendiri. Sebagai warga NU dan PMII tentu merasa galau dalam melihat realitas. Aswaja sendiri secara sederhana kita mengikuti sunnah nabi, baik dalam bentuk amaliyah, cara berpikir dan cara bertindak. Lalu siapa dan bagaimana Muhammad bergerak dalam kehidupan masyarakata hingga nilai Islam yang penuh rahmat dapat dicicipi oleh semua orang?
Dia Muhammad, Lelaki Ilham Surga
Diawal saya ingin mengutip lagu dari Ebiet G. Ade yang berjudul “Dia Lelaki Ilham Dari Surga[1]”
Dia yang berjalan melintasi malam
Adalah dia yang kemarin dan hari ini
Akan selalu menjadi ribuan cerita
Karena dia telah menempuh semua perjalanan
Dia berjalan dengan kakinya
Dia berjalan dengan tangannya
Dia berjalan dengan kepalanya
Tetapi ternyata ia lebih banyak
Berjalan dengan pikirannya
Dia jelajahi jagat raya ini
Dengan telanjang kaki dan tubuh penuh daki
Meskipun ia lebih lapar dari siapa pun
Meskipun ia lebih sakit dari siapa pun
Ia menempuh lebih jauh dari siapa pun
Meskipun ia lebih miskin dari siapa pun
Meskipun ia lebih nista dari siapa pun
Tetapi ternyata ia lebih tegak perkasa dari siapa pun
Batu-batu seperti menyingkir
Sebelum ia datang, sebelum ia lewat
Semak-semak seperti menguak
Sebelum dia injak, sebelum dia menyeberang
Ia berjalan dengan…
Ketika cahaya Tauhid padam dimuka bumi, maka kegelapan yang tebal hampir meyelimuti akal manusia. Di sini tidak tersisa orang-orang bertauhid kecuali sedikit dari orang-orang yang masih mempertahankan nilai-nilai dan ajaran Tauhid. Maka Allah berkehendak dengan rahmat-Nya yang mulia untuk mengutus seorang rasul yang membawa ajaran langit untuk mengakhiri penderitaan di tengah kejahiliyahan kehidupan manusia. Ketika gelap mencekam datanglah Nabi Muhammad mebawa pelita untuk menerangi manusia dan alam semesta.
Ketika nabi Isa As mampu menghidupkan orang-orang yang mati dan mengeluarkannya dari kuburan, Nabi Muhammad bin Abdullah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian yang tidak mereka sadari. Itu adalah bentuk kematian yang paling berat. Beliau juga mengeluarkan mereka dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya ilmu, dan dari belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia Tauhid (berdasarkan nila-nilai Islam).
“Aku diutus oleh Tuhanku untuk memperbaiki akhlaq manusia,” Nabi Muhammad dalam salah satu haditsnya. Nabi Muhammad bin Abdullah hidup di jantung gurun Makkah sebagai seorang yang memiliki kesadaran yang tinggi di antara kaum yang sedang lalai, kaum yang sedang mabuk-mabukan dan para penyembah berhala seerta pedagang minuman keras dan orang yang gemar berperang antar kabilah.
Nabi Muhammad dan Pergerakan, Refleksi Kita bersama.!!!!
Nabi Muhammad muda mulai resah melihat realitas ketika manusia jauh dari Tuhan, lalai akan kewajiban, berhala menjadi sesembahan kaum jahiliyah saat itu. Kesewenang-wenangan kaum Qurays tak luput dari perhatian Nabi Muhammad. Dia ingin segera mengkahiri penderitaan kaum-kaum tertindas kala itu. Nabi Muhammad sangat peduli dengan kaum lemah, fakir miskin, orang kelaparan, pengemis, dan lain sebagainya.
Abad Badruzaman melalui buku berjudul “Dari Teologi Menuju Aksi; Membela yang Lemah, Menggempur Kesenjangan” mencoba untuk mengajak masyarakat Islam melakukan revitalisasai spirit ajaran Islam sebagai ‘mercusuar utama” dalam pembelaan terhadap golongan lemah dan tertindas atau lebih dikenal dengan kaum mustadha’afin. Menurut penulisnya, itulah sebabnya nabi Musa, nabi Isa dan Nabi Muhammad, misalnya, dicap sebagai pemberontak oleh penguasa di mana mereka hidup. Dari berbagai kisah tentang mereka kita dapat menyakiskan bagaimana Musa menjadi tokoh antagonis bagi Fir’aun yang lalim, nabi Isa menjadi oposan bagi imprealis Byzantium dan Nabi Muhammad menjadi penghancur sendi-sendi kesewenang-wenangan bangsawan Quraisy Mekah. Hari ini kita memiliki dua pilihan, menjadi Fir’au atau Nabi Musa? Menjadi kaum Quraisy atau pembawa cahaya Tuhan layaknya Nabi Muhammad?
Secara umum, kisah kaum mustadhafin dalam Al-Qur’an menghadirkan tiga kutub: pertama, kekuatan penindas (mustadh’ifin), kedua, kelompok yang tertindas dan lemah (mustadh’afin), dan ketiga, kekuatan pembebas dan pembela kaum penindas dalam membela kaum penindas. Yang terakhir adalah kekuatan yang dipimpin dan dipelopori oleh para nabi dan utusan Tuhan. Ini menunjukkan, sejak semula kehadirannya agama-agama besar dunia memang berwatakk subversif terhadap kekuasan yang ada di sekitarnya. Karena memang demikianlah cita agama dirumuskan, mengubah tata nilai lama yang bobrok dan menindas dengan tata nilai baru yang humanis dan memihak kaum lemah. Dalam al-Qur’an, istilah mustadh’afin sendiri tidak hanya terbatas pada golongan orang yang tertindas dan lemah secara ekonomi saja, tetapi juga sosial maupun politik (hal. 105).
Aswaja sebagai manhajul harokah PMII, masih hidup atau sudah berbau tanah?
Mulai tanggal 16 April hingga 17 April,ada beberapa chat masuk ke whatsApp saya. Ucapan selamat dan doa terbaik atas harlah PMII ke-60 berdatangan dari kawan-kawan GMNI, HMI, Semmi, IMM dari tingkat komisariat hingga cabang. Haru dan bangga rasanya. Dalam tulisan ini saya ingin mengucapkan, “Selamat harlah PMII”.
Harlah tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, jika tahun lalu merayakan bersama sahabat-sahabati di komisariat ataupun cabang, hari ini hanya bisa lewat online akibat pandemi yang sedang menguji kesabaran dan kebaikan umat manusia. Walau rasa ingin bertatap muka untuk bertukar cerita masih kuat di dalam hati, namun tetap saja realitas tak bisa dikalahkan. Mungkin kita sudah telat jika ingin mengkonstruksi realitas ini, bisa jadi karena kita asyik bermain di kursi kekuasaan hingga melupakan realitas sebenarnya. (Mari kita refleksikan bersama).
Satu hal yang ingin saya katakan, bahwa ada yang lebih penting dari harlah PMII saat ini, iyalah kemanusiaan, sebagai nilai yang selalu diperjuangkan oleh laki-laki ilham surga, Nabi Muhammad Saw. Di tengah wabah ini, entah apa yang dipikirkan oleh pengurus PMII terutama Pengurus Besar PMII yang hanya mampu melakukan aksi pengadaan APD (alat pelindung diri). Secuil itukah arti kemanusia di tangan wabah ini? Masih hidupkan paradigma kritis transformatif PB PMII? Bagi saya sudah berbauh tanah, saya beranggapan mereka asyik dengan perut sendiri (ya semoga anggapan ini tidak benar). Ada beban besar yang harus diselesaikan oleh PB PMII di tengah pandemi covid-19. Kemanusiaan, sosial, kebudayaan dan bahkan tentang perut (ekonomi) masyarakat lemah harus dipikirkan oleh PB PMII sebagai organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia, saya rasa suara mereka akan di dengar oleh pemerintah.
Sekali lagi, buat senior-senior di PB yang sedang dinina bobokan, sudah saatnya bangun, saling merangkul dan membantu masyarakat lemah sebagimana dicontohkan oleh Kanjeng Nabi, saya akan menangih keakuan kalian yang menjadikan Aswaja sebagai manhajul fikr wal harokah. Semoga kita masih takut kepada Tuhan semesta alam, karena ada banyak hal yang bisa dilakukan namun terus berdiam diri seolah-olah realitas sedang baik-baik saja. Terakhir, saya berdoa semoga ada hal lebih penting yang sedang dikerjakan oleh PB PMII. Aamiin
[1] Sumber: Musixmatch