Redam Krisis Akibat Covid-19, Pemerintah Harus Memperbaiki Cara Komunikasi

KORANPENELEH.ID – Sebagai makhluk sosial komunikasi menjadi kebutuhan bagi setiap individu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain.
Dalam menghadapi krisis akibat pandemi covid-19, pemerintah seharusnya melakukan komukasi yang baik dengan masyarakat sebagai upaya untuk meredam kepanikan. Misi komunikasi adalah untuk menenangkan orang dengan memberikan informasi faktual yang dapat diandalkan tentang keadaan sebenarnya dari peristiwa, melengkapi mereka dengan strategi dan cara mengatasi krisis, dan menjaga mereka tetap aman. Senada dengan hal tersebut Dr. Victoria (Oman) dalam kegiatan International Online Guest Lectur 5 menjelaskan “Communication is the most important tool of crisis management. Because only through communication you can stabilize the situation. The mission of communication is to calm people down by providing a reliable factual information about the real state of events, equipping them with the strategies and means of coping with the crisis, and keeping them safe If communication campaign has been done properly, it will help to take control of a crisis. If it has been mismanaged, it will create further confusion”.


Komunikasi yang baik dari pemerintah, mampu meredam krisis dan situasi. Namun, sampai saat ini pemerintah menyampaikan sesuatu hanya dengan emosional. Dr. Victoria menyebutkan “Governments or authorities representing governments (police, medical institutions) – to – citizens directly through official media channels (radio, TV, newspapers, social media platforms); nature of messages – informative, instructional. Citizens-to- citizens – through social media (blogs, platforms such as Tweeter, Instagram, Facebook); the nature of messages – mostly emotional
Kabar-kabar yang ditayangkan oleh media masa cendrung meresahkan masyarakat, jumlah kematian dan bahaya covid terus ditayangkan, di Oman misalnya terjadi hal sedemikian rupa “At the beginning of the crisis lifecycle: instilling fear, making threats, imposing quarantine and other restrictions = panic, paranoia and depression, “The Committee directed the relevant authorities to allocate places to wash the dead in all governorates, and to deal with each body according to the requirements of the risk of infection.” (Public Authority for Radio and Television, Sultanate of Oman)”. Only cases of death from coronavirus were published. They looked devastating indeed. What media did not tell the citizens is the statistics of deaths for various reasons that occurred since the beginning of the year not only coronovirus inflicted.” jelas Dr. Victoria pada saat menyampaikan materi dalam kegiatan yang dikuti lebih dari 80 peserta dari Austria, Malaysia, Yunani, Nepal dan tentu Indonesia.


Dalam penyampaian jangka waktu karantina (physical distancing) pemerintah cendrung ambigu, sehingga masyarakat tidak siap untuk mejalani ketetapan ini.

“Messages are ambiguous, vague, conflicting, and confusing you must stay at home – if you stay at home you will get sick, you must keep a distance between you and other people – 1meter, 2 meters, 4 meters. When is the end to all this? The deadline for quarantine has been extended a few times by now and still there is no visible end to it. The UK government announced from the very beginning that the quarantine will last for 4 months so that people could psychologically prepare for a long period of hardship and were not given false hope.” Tegas wanita yang akrab disapa Victoria tersebut.
Sebagai solusi, pemerintah harus mulai memperbaiki manajemen komunikasi, sehingga krisis dan kepanikan masyarakat akibat pandemi Covid-19 bisa direda. (jay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *